Probolinggo (ANTARA) - Sebanyak delapan warga Kota Probolinggo, Jawa Timur, yang merantau di Wamena, Provinsi Papua, sudah dipulangkan ke kampung halamannya dan mereka menyatakan enggan kembali ke Wamena, karena masih trauma.
"Saya masih trauma atas terjadinya konflik di Wamena dan tidak akan kembali ke Papua, meskipun suasana di sana kondusif, sehingga saya akan tinggal di Kota Probolinggo," kata Nur Faizin, salah satu perantau di Kota Probolinggo, Kamis.
Nur Faizin bersama tujuh perantau asal Kota Probolinggo lainnya tiba di Bandara Abdurahman Saleh, Malang, pada Rabu (2/10) sore dan malamnya dijemput Dinas Sosial Kota Probolinggo untuk diantar ke rumahnya masing-masing di "Kota Mangga" tersebut.
Baca juga: Alami trauma, Wali Kota Probolinggo sambangi warga terdampak kerusuhan Wamena
Ia mengaku tinggal di Wamena sejak 1,5 tahun lalu dan bekerja sebagai tukang ojek dengan penghasilan rata-rata Rp200 ribu per hari, namun saat terjadi kerusuhan sempat terisolasi karena terjadi pembakaran di jalan-jalan.
"Saya tetap ingin tinggal di Kota Probolinggo dan kembali menekuni profesi lama sebagai pengojek dengan penghasilan Rp50 ribuan. Mau cari pendapatan yang besar di Papua, tapi akhirnya kayak begini," kata warga yang tinggal di Jalan Semeru, Kecamatan Kademangan, Kota Probolinggo.
Baca juga: 120 pengungsi dari Wamena tiba di Malang
Hal senada juga disampaikan Abdullah Sihabudin, warga Kelurahan Sumbertaman, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo yang tidak ingin kembali ke Wamena bersama keluarganya karena masih trauma akibat kerusuhan yang terjadi di Kabupaten Jayawijaya, Papua tersebut.
"Saya tidak ingin kembali ke Papua. Saya kembali ke Kota Probolinggo dengan menumpang pesawat Hercules milik TNI AU, sedangkan istri dan dua anak saya menggunakan pesawat komersial yang tiba hari ini di Bandara Juanda Surabaya," katanya.
Trauma dan kepedihan juga dialami Rohena, warga Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo yang harus kehilangan suaminya bernama Sofyan akibat kerusuhan yang terjadi di Wamena.
"Saya melihat suami saya meninggal di rumah sakit dan semua harta benda kami telah terbakar, sehingga saya tidak ingin kembali ke Wamena karena masih sangat trauma," kata Rohena.