Tulungagung (ANTARA) - Dinas Sosial Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, kembali menjemput empat warganya yang terdampak langsung kerusuhan di Wamena, Papua, untuk dibawa kembali pulang ke daerah asalnya di Kota Marmer.
"Jadi total saat ini sudah ada enam pengungsi Wamena asal Tulungagung yang kembali pulang," kata Kabid Rehab Sos, Dinas Sosial, KB dan PPPA Kabupaten Tulungagung, Nurul Hidayah, Kamis.
Empat pengungsi Wamena yang dijemput tim Dinsos Tulungagung itu adalah Joko Dwi Susanto dan Istrinya, Supartini. Keduanya warga Dusun Tanggung, Desa Tanggung, RT. 1/10 Kecamatan Campurdarat, Tulungagung.
Baca juga: Seorang pengungsi asal Tulungagung pulang dari Wamena secara mandiri
Selanjutnya dua pengungsi lainnya adalag Wima Riski Andriyanto dan istrinya Widia Ninggrum. Keduanya warga Dsn. Ringinrejo, RT. 1/3, Desa Sukorejo Wetan, Kecamatan Rejotangan.
“Wima ini membantu Joko kerja di kantin AURI,” kata Nurul.
Keempat pengungsi ini dilaporkan tiba sekitar pukul 17.00 WIB di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang, pada Rabu (9/10). Selanjutnya mereka dijemput oleh petugas dari Dinsos Tulungagung dan tiba di Tulungagung sekitar pukul 21.30 WIB.
Nurul memperkirakan aka nada tambahan warga Tulungagung yang eksodus lagi, mengingat dirinya diperintahkan untuk selalu bersiap melakukan penjemputan di Lanud Abdurahman Saleh, Malang, Lanud Iswahyudi, Madiun, Bandara Juanda-Surabaya dan Pelabuhan Tanjungperak-Surabaya.
"Kemungkinan besar akan bertambah," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Trenggalek jemput langsung warganya di Wamena
Sebelumnya, satu warga Tulungagung atas nama Riza Abdillah Khoir (24), asal Kelurahan Bago, Kecamatan Tulungagung yang merantau di Wamena, Papua memilih pulang ke kampung halaman secara mandiri, setelah terjadi kerusuhan di Wamena pada 23 September.
Selain Riza, ada satu lagi warga adal Desa Serut, Kecamatan Boyolangu, atas nama Andik yang pulang dari Wamena. Andik dan Riza berada di satu lokasi saat kerusuhan terjadi.
Saat ini, kata Riza masih ada sekitar 20-an warga Tulungagung yang masih berada di Wamena. Mereka memilih bertahan sembari menunggu evakuasi dari pemerintah.