Surabaya (Antara Jatim) - Visma Art Gallery menghidupkan pameran seni rupa di Kota Surabaya setelah galeri-galeri seni rupa yang pada awal tahun 2000-an sempat bermunculan di Kota Surabaya sudah tak terdengar lagi rimbanya.
Setidaknya dalam setahun terakhir, Visma Art Gallery yang berlokasi di Jalan Tegalsari, Surabaya, Jawa Timur, terlihat aktif menggelar pameran seni rupa. Diawali pada bulan Agustus lalu, Visma Art Gallery memamerkan karya-karya seni rupa Haris Purwanto.
Dilanjut pada November 2016, Visma Art Gallery menyuguhkan pameran Fotografi Seni Rupa. Kemudian menutup tahun 2016, pada bulan Desember, Visma Art Gallery menggelar pameran seni rupa bollpoint, yaitu karya-karya seni rupa yang menggunakan media bollpoint.
Mengawali tahun 2017, di bulan Januari ini, Visma Art Gallery kembali menggelar pameran. Kali ini bekerja sama dengan Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya, dengan memamerkan karya-karya arsitektur dari arsitek kenamaan Perancis, Jacques Ferrier.
Pameran bertajuk "A Vision for the Sensual City" yang dibuka untuk umum hingga 17 Februari itu, mempertontonkan berbagai desain arsitektur dengan format bangunan yang semakin mendekatkan dengan manusia.
"Seni rupa sekarang ini tidak hanya lukisan, tapi telah bergerak ke semua bidang media, meliputi new media art, yaitu karya foto dan video, dan termasuk karya-karya arsitektur ini, yang saya kira juga cukup layak dipamerkan di ruang seni Visma Art Gallery," ucap Pengelola Visma Art Gallery Irawan Hadikusumo, Rabu.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf, saat menghadiri pembukaan pameran arsitektur "A Vision for the Sensual City" di Visma Art Gallery, mengapresiasi upaya Irawan yang telah mendirikan galeri baru di tengah Kota Surabaya.
Menurut Gus Ipul, sapaan akrabnya, Kota Surabaya, dan Jawa Timur pada umumnya, sangat membutuhkan ruang-ruang galeri seperti ini untuk menetralisir pesatnya pertumbuhan pembangunan.
"Tentu tidak mudah mengelola sebuah galeri seni seperti ini. Kalau gak hobi seni gak mungkin bisa bertahan. Sebab keuntungannya gak bakal sebanding dengan biaya pengelolaannya. Saya harap Pak Irawan bisa mengelolanya dengan baik," ungkap Gus Ipul.
Irawan mendirikan Visma Art Gallery berbekal pengalamannya sebagai kolektor seni rupa kontemporer. Seiring perjalanan waktu, dia merasa aktivitas seni rupa di Kota Surabaya beberapa tahun terakhir agak berkurang.
"Karena itu setahun ini kami memberanikan diri untuk membuka galeri seni rupa untuk meramaikan aktivitas seni rupa di Surabaya," katanya.
Terlebih Irawan berpandangan, suatu kota idak bisa berhenti hanya pada pembangunan fisik. "Sebuah kota harus disertai juga dengan pembangunan dari sudut non fisik seperti seni rupa," imbuhnya.
Pengamat seni rupa Agus "Koecink" Sukamto menilai Kota Surabaya pernah diramaikan oleh keberadaan banyak galeri di awal tahun 2000-an. Saat itu seni rupa memang sedang "booming", para perupa pada masa itu juga meraup keuntungan besar karena kolektor bersedia membeli dengan harga mahal.
"Sebenarnya galeri itu ada 'boom' seni rupa maupun tidak ada 'boom' harus tetap ada. Masalahnya galeri itu kan ruang untuk menampung ide kreatif, tidak cuma bersifat komersial saja," ungkapnya.
Dosen seni rupa di Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW) Surabaya ini menyarankan setidaknya pemerintah juga berkewajiban menyediakan ruang seni yang representatif bagi masyarakat. “Selain juga yang dikelola oleh perorangan seperti Visma Art Gallery ini, kita harap bisa terus bertahan untuk mengisi ruang seni di Kota Surabaya," tuturnya. (*)