Surabaya (Antara Jatim) - Perupa Maharani Mancanagara menggelar pameran di Galeri Visma Art Galerry, Jalan Tegalsari Surabaya, bertema "Parodi Partikelir", yang mengangkat sejarah Penjara Koblen di Surabaya berdasarkan buku catatan harian kakeknya.
"Saya tidak pernah bertemu kakek saya. Ceritanya saya dengar dari bapak dan anggota keluarga lainnya," ujar perupa kelahiran Padang, 28 September 1990 itu, saat ditemui di sela pembukaan pameran, Kamis malam.
Kakek Maharani bernama R. Soegriwo Joedodiwirdjo, hidup di era 1910 – 1987, diketahui pernah ditahan di Penjara Koblen Surabaya pada tahun 1966 – 1971, lalu dipindah ke Penjara Nusakambangan (1971 – 1975), dan kemudian diasingkan ke Pulau Buru di tahun 1975 hingga akhirnya dibebaskan pada 1978.
"Kata Bapak, kakek saya dipenjara tanpa melalui proses pengadilan," katanya.
Alumnus Fakultas Seni dan Desain Institut Teknologi Bandung tahun 2013 itu mengetahui sejarah kelam kakeknya setelah didorong oleh salah seorang dosennya untuk mengangkat karya dari sosok orang terdekat, yang dimulai dari anggota keluarga sendiri.
"Saat saya bertanya kepada Bapak, siapa anggota keluarga yang bisa diangkat sosoknya menjadi sebuah karya seni rupa, dia menjawab kakek," ujarnya.
Penggalian sosok sang kakek yang didapat dari cerita ayahnya itu diperkuat dengan bukti-bukti dari buku catatan harian yang masih disimpan oleh pihak keluarga.
Namun sejak lulus kuliah tahun 2013, Maharani baru berkesempatan menelusuri isi buku catatan harian itu dengan mendatangi satu persatu lokasi penjara yang pernah didiami kakeknya pada tahun 2016.
Menurut dia, pameran yang berlangsung di Surabaya hingga 16 Desember ini khusus mengangkat tentang sejarah Penjara Koblen.
Di antaranya menampilkan karya dari klipingan media massa yang memberitakan seputar Penjara Koblen Surabaya dari masa ke masa, yang dicetak di atas tiga lembar kain, dengan masing-masing berukuran panjang sekitar 3 meter dan lebar 40 sentimeter.
Terbanyak, Maharani menampilkan karya drawing di atas papan kayu tentang berbagai karakter yang menggambarkan kondisi dan situasi Penjara Koblen tempo dulu.
Selain itu, cerita tentang masa-masa menjalani hukuman di Penjara Koblen yang dituliskan sang kakek di buku harian, ditulis ulang menggunakan kapur putih di atas banyak papan warna hitam yang ditampilkan di satu ruang tersendiri Visma Art Gallery.
"Berdasarkan buku catatan harian kakek, setelah pameran di Surabaya ini, rencananya akan ada pameran lain yang khusus mengangkat tentang Penjara Nusa Kambangan, setelah itu tentang Pulau Buru," katanya. (*)