Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Ciputra Surabaya mengajak mahasiswa untuk mempraktikkan Mata Kuliah "Enterpreneur III" lewat pameran kewirausahaan bertema "Eksekusi Start Up" yang menjual berbagai macam produk dari mahasiswa selama sehari.
Koordinator Mata Kuliah Enterpreneur III Stephanus Eko Wahyudi, ST, MM, di Surabaya, Rabu, mengatakan rangkaian acara ini sebagai salah satu cara mereka untuk mendorong mahasiswa menjadi wirausahawan melalui berdagang atau berjualan.
"Di Universitas Ciputra, kita ingin setiap mahasiswa punya pengalaman untuk menjadi wirausaha. Setelah mereka lulus paling tidak mereka sudah punya pengalaman untuk menjadi seorang wirausahawan," katanya.
Stephanus menjelaskan ada lima mata kuliah kewirausahaan di Universitas Ciputra, yakni mahasiswa belajar tentang sosial (semester 1), sementara dalam semester dua mendorong mahasiswa untuk mengembangkan idenya sampai menemukan bisnis model dan yang ketiga kali ini adalah mahasiswa harus betul-betul melakukan "eksekusi".
"Maksud dari "eksekusi" adalah jika mahasiswa punya produk untuk dijual, maka harus dijalankan. Namun jika modelnya jasa, mahasiswa diharuskan mulai mendapat pelanggan," jelasnya.
Dosen IT ini mengatakan Enterpreneur III adalah pameran yang pertama kali digelar oleh mahasiswa dan nanti produk dari mahasiwa akan dinilai oleh dosen apakah perlu dikembangkan, dari sisi produk maupun bisnis modelnya.
"Selain itu, tujuannya untuk mengusahakan mereka ini mengeluarkan inovasinya. Jadi inovasi merupakan suatu yang penting. Bukan sekadar bikin makanan terus dijual, namun apa yang bisa dikembangkan supaya bisnis mereka tetap berkembang," paparnya.
Stephanus menambahkan rangkaian Mata Kuliah Enterpreneurship ada pada hari Rabu atau dinamakan "Reboan". Pada hari Rabu, mulai dari semester I sampai V akan kuliah kewirausahaan. Dalam pameran ini, lanjutnya, ada sekitar 900 sampai 1.000 mahasiswa dari 240 kelompok yang mengikuti Pameran Enterpreneur.
Dalam setiap mata kuliah kewirausahaan, ada minimum dua orang yang akan menjadi mentor. Satu dosen dari UC sendiri dan satu yang disebut dengan "Enterpreneurship and Resident".
"Jadi itu orang-orang luar seperti direktur eksportir, ada yang ahli pajak, ahli hukum untuk membimbing mereka memulai bisnis ini. Mulai dari cara mengurus izin bagaimana, cara pengemasan bagaimana, jadi bukan sekadar jualan, yang paling penting bisnis modalnya ini benar atau tidak. Kalau sudah tidak benar mau jualan apapun ya gak bisa berkembang," katanya.
Selain berjualan di kampus, dalam mata kuliah ini mahasiswa diharuskan berjualan di luar kampus. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan timbal balik, tidak hanya dari dosen kelasnya tapi ada dari masyarakat yang membeli, melihat produknya dan memberi masukan.
Sementara itu, Rudi Santoso, salah satu peserta mengaku antusias mengikuti pameran tersebut. Mahasiswa Jurusan Internasional Bisnis Manajemen yang usahanya bergerak dalam bidang jasa dengan membuat salon mobil ini mengatakan, berwirausaha merupakan keinginannya sejak dulu.
"Nama salon mobil saya Cars Carbridal. Saya suka berbisnis dari dulu, apalagi bisnis salon mobil. Di sini juga dapat mentoring untuk mengembangkan usaha," katanya.
Ia mengatakan usahanya ini dirintis sebelum adanya kuliah kewirausahaan atau tepatnya dari tahun 2015. Rudi juga membuat banyak produk untuk salon mobilnya yakni Magnucoat X5, Cquartz UK, Crystalize 9H, dan FFireball Aegis.
Selain Rudi, Stanislaus Sunday juga mengatakan hal yang sama. Mahasiswa asal Maumere, Nusa Tenggara Timu yang membuat usaha tatto ini mengungkapkan jika dalam mata kuliah ini dirinya mendapatkan banyak hal. Ia berharap setelah mata kuliah ini dia bisa membuka usaha di daerah asalnya.
"Untuk saat ini saya akan menekuni bisnis tatto yang sudah saya lakukan sejak SMA. Tapi setelah lulus, saya ingin membuka usaha distro di Maumere dengan berbekal ilmu dari kuliah ini," pungkasnya. (*)