Surabaya (ANTARA) - Universitas Ciputra (UC) Surabaya menggelar festival budaya yang merayakan seratus tahun warisan budaya batik peranakan dari rumah batik legendaris Oey Soe Tjoen, ditandai dengan peluncuran buku "Dari Pelangi untuk Semesta" di kampus setempat, Sabtu.
Buku ini merupakan karya kolaborasi Widianti Widjaja (Oey Kim Lian), generasi ketiga keluarga Oey Soe Tjoen, bersama Marini Yunita dan Direktur Ciputra Center for Heritage Studies (CCHS) Dr. Rani Prihatmanti.
Rektor Universitas Ciputra, Ir. Yohannes Somawiharja, M.Sc., mengatakan bahwa pelestarian batik peranakan merupakan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia.
"Ini adalah mahakarya bangsa. Rumah batik Oey Soe Tjoen telah menciptakan batik peranakan yang diakui sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya dokumentasi proses pembuatan batik sebagai upaya melestarikan warisan budaya, serta mengedukasi mahasiswa tentang nilai sejarah dan seni batik.
Universitas Ciputra tidak hanya meluncurkan buku, tetapi juga mendorong pelestarian batik melalui berbagai program edukasi dan penelitian.
Yohannes Somawiharja mengingatkan bahwa penghargaan UNESCO atas batik sebagai warisan budaya dunia harus menjadi motivasi untuk terus mengembangkan seni ini.
Festival budaya ini menjadi bukti nyata kolaborasi antara dunia akademik dan masyarakat dalam melestarikan warisan budaya.
Buku "Dari Pelangi untuk Semesta" diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi mendatang dalam menjaga identitas dan kebanggaan bangsa.
Salah satu penulis buku dan pewaris tradisi batik Oey Soe Tjoen, Widianti Widjaja menyambut baik inisiatif Universitas Ciputra.
Ia menjelaskan bahwa pembuatan satu kain batik Oey Soe Tjoen bisa memakan waktu hingga lima tahun, dengan ciri khas motif bunga dan kupu-kupu yang dikerjakan dengan teknik bolak-balik dan pencelupan warna.
"Semoga muncul bibit-bibit baru yang tertarik untuk melanjutkan tradisi ini dan lebih menghargai batik sebagai salah satu warisan budaya bangsa," harapnya.