Agenda Internasional Preparatory Committe (Prepcom) III UN Habitat yang digelar di Kota Surabaya pada 25-27 Juli 2016 merupakan momentum besar bagi warga Surabaya untuk membuktikan keramahannya kepada warga dunia yang hadir pada saat itu.
Tentunya, kebaikan, keramahan, dan kenyamanan Surabaya sebagai tuan rumah akan meninggalkan kesan positif bagi ribuan tamu dari berbagai negara yang hadir ke Kota Surabaya. Tujuan itulah yang ingin dicapai oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
Beberapa titik kota juga dipasangi lampu-lampu hias agar terlihat semakin indah. Sejumlah pedestrian di berbagai kawasan dipercantik, khususnya kawasan Grand City menuju Kawasan Tunjungan. Para tamu nantinya yang ingin berjalan kaki akan bisa melakukannya dengan nyaman.
Pemerintah kota juga menyiapkan agenda yang sifatnya refreshing. Setekah usai bersidang dan membahas isu-isu penting terkait permukiman dan lingkungan, para tamu akan diajak berkeliling melihat langsung pesona Kota Surabaya melalui paket "field trip" dan juga city tour. Ada juga agenda festival dan "paralel event".
"Paket ini bahkan sudah ada sebelum tanggal 25 Juli. Ada city tour yang mengajak para tamu melihat kawasan heritage dan kawasan menarik di Surabaya. Kalau field trip, para tamu akan diajak masuk ke kampung-kampung sembari berinteraksi dengan warga," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya, Agus Imam Sonhaji.
Untuk paket "field trip" itu, Agus Sonhaji menyebut ada beberapa kampung di Surabaya yang akan dijadikan tujuan kunjungan. Selain kampung yang sudah terkenal seperti Kampung Lawas Maspatih ataupun Kampung Lingkungan di Gundih dan Jambangan, juga ada Kampung Ketandan yang meski jarang dipublikasikan, tetapi punya pesona hebat.
"Dengan melihat kampung ini, kita akan tahu kalau orang Surabaya itu punya semangat luar biasa untuk mengembangkan kampungnya. Masyarakat punya kapasitas untuk membangun dirinya sendiri," katanya.
Salah satu kampung yang akan menjadi tujuan adalah Kampung Ketandan yang berada di sebelah Barat Jalan Tunjungan (sekitar 100 meter dari arah Siola) di Kelurahan Genteng, Kecamatan Genteng. Kampung tersebut kini mulai bersolek menyambut kedatangan ribuan warga asing dari berbagai warga negara.
Seperti pada Minggu (17/7) pagi, warga Kampung Ketandan, utamanya anak-anak muda Karang Taruna plus mahasiswa, bergotong royong memoles kampung mereka.
Bersama Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, anak-anak muda itu menggoreskan cat aneka warna dari mulai gang masuk Kampung Ketandan. Anak-anak muda itu seakan tak peduli ketika lengan, kaki bahkan kaos mereka, terkena lumuran cat.
Tidak sampai satu jam, hasil kerja bakti wali kota, warga dan anak-anak muda itu terlihat nyata. Lihatlah, wajah Kampung Ketandan yang dulunya tak dilihat orang itu, kini menggoda siapa saja untuk datang berkunjung.
"Dulu, kampung memang agak kotor dan tidak terawat. Tetapi sekarang berbeda. Kini Ketandan lebih cantik dan bersih," ujar Camat Genteng, Mahmud Sariadji.
Menurut Sariadji, perubahan wajah Kampung Ketandan itu tidak lepas dari adanya kemauan warga untuk mengubah kampungnya menjadi lebih baik.
Dulu, katanya, warga di kampung yang rumah-rumahnya dikelilingi gedung-gedung menjulang ini susah untuk sekadar diajak kerja bakti dikarenakan kesibukan masing-masing.
"Sekarang, warga sudah guyub. Karang tarunanya juga aktif. Bahkan, kerja bakti ini merupakan inisiatif dari warga," katanya.
Memang, Kampung Ketandan kini terlihat berseri. Dari mulai gang masuk, tertulis tulisan besar kampung Ketandan dengan gambar telapak kaki. Jalan beralaskan paving itu penuh dengan goresan warna-warni: hijau muda, merah da kuning.
Semakin masuk ke dalam kampung, pemandangannya semakin rupa-rupa warnanya. Tembok-tembok dipenuhi lukisan mural warna-warni. Pagar tanaman toga juga dicat dengan beragam warna. Plus tempat sampah yang terlihat menarik dengan warna biru. Saluran air nya juga terlihat bersih.
"Dulu, kampung ini seperti mati dan agak kumuh. Sekarang Alhamdulillah keguyuban warga sangat menonjol. Anak-anak mudanya juga kompak. Ini yang membuat kami selaku anak muda, bersemangat untuk menghidupkan kampung ini. Seru sekali, bisa ikut rame-rame mengecat kampung," ujar Sekretaris Karang Taruna Kampung Ketandan, Carla Della.
Menurut Carla, warga Ketandan rutin melakukan kerja bakti untuk bersih-bersih. Ada event atau tidak, aktivitas menjaga kebersihan dan keanggunan kampung secara istiqomah dilaksanakan oleh warga.
"Bukan hanya karena pas ada event, kami rutin sebulan sekali melakukan kerja bakti," katanya.
Meski begitu, dia mengaku bahwa terpilihnya Kampung Ketandan sebagai salah satu tujuan "field visit" pada agenda Prepcom III pada 27 Juli 2016 merupakan kebanggaan tersendiri.
Untuk menyambut tamu-tamu dari berbagai negara tersebut, Carla menyebut warga, utamanya karang taruna Kampung Ketandan, sudah menyiapkan penyambutan.
Selain akan memamerkan hasil-hasil produk kerajinan dan ekonomi kreatif warga, kata mahasiswa jurusan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Surabaya itu, juga ada keunggulan yang akan ditonjolkan oleh warga Kampung Ketandan.
"Kami akan menonjolkan Kampung Budaya Ketandan. Di sini ada anak-anak yang aktif mengikuti pelatihan tari remo, juga ludruk. Untuk pendopo yang baru dibangun ini, nanti juga kami rencanakan sebagai sanggar kecil-kecilan untuk latihan tari dan juga ruang publik," katanya.
Sukses dan tidaknya kegiatan bertaraf internasional ini juga bergantung dari peran aktif masyarakat Kota Surabaya. Jika ingin sukses, warga Surabaya diharapkan ikut berpartisipasi aktif.
Masyarakat bisa ikut mengambil peranan dengan menunjukkan identitasnya sebagai warga yang ramah kepada ribuan tamu dari berbagai negara yang datang ke Surabaya. (*)