Bojonegoro (Antara Jatim) - Perolehan dana bagi hasil (DBH) migas Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, yang ditetapkan sebesar Rp1,385 miliar di dalam APBD 2016, bisa berkurang sekitar Rp400 miliar, kalau asumsi harga minyak dunia 30 dolar Amerika Serikat per barel.
Kepala Dinas Pendapatan Daerah Pemkab Bojonegoro Hery Sudjarwo, di Bojonegoro, Selasa, menjelaskan, Menteri Keuangan sudah memberitahu ke daerah yang intinya asumsi harga minyak dunia akan diturunkan berkisar 30-40 dolar Amerika Serikat per barelnya.
"Penurunan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN dilakukan, karena harga minyak dunia cenderung turun," ucapnya.
Padahal, katanya, Pemerintah sudah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN 2016 sebesar 50 dolar Amerika Serikat per barelnya.
"Kalau Pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN Perubahan sekitar 30 dolar Amerika Serikat per barel, maka perolehan DBH migas daerah kami bisa berkurang sekitar Rp400 miliar," ucapnya, menegaskan.
Namun, menurut dia, kalau Pemerintah menurunkan asumsi harga minyak dunia menjadi 35 dolar Amerika Serikat per barel, maka perolehan DBH migas daerahnya akan turun sekitar Rp300 miliar.
Kalau asumsi harga minyak dunia hanya diturunkan menjadi 40 dolar Amerika Serikat per barel, maka penurunan perolehan DBH migas daerahnya hanya sekitar Rp200 miliar.
"Kami masih menunggu Pemerintah menetapkan asumsi harga minyak dunia di dalam APBN Perubahan, sebagai dasar untuk melakukan revisi alokasi anggaran di dalam APBD 2016," ucapnya, menegaskan.
Ia memberikan gambaran pengurangan alokasi anggaran di dalam APBD akan dilakukan untuk pos pembangunan yang masih bisa ditunda pelaksanaannya, misalnya, pembangunan jembatan Bengawan Solo.
Lebih lanjut ia menjelaskan target perolehan DBH migas di dalam APBD 2016 sebesar Rp1,38 triliun itu dengan memperhitungkan produksi minyak di daerahnya mencapai 195 ribu barel per hari.
Produksi minyak itu dihasilkan dari lapangan Banyuurip Blok Cepu, sebesar 165 ribu barel per hari. Lainnya, dari produksi minyak lapangan Sukowati, yang dikelola Joint Operating Body (JOB) Pertamina-Petrochina East Java (PPEJ) dan lapangan Tiung Biru (TBR) dan lapangan sumur minyak tua.
"Target produksi puncak minyak Blok Cepu, rata-rata sebesar 205 ribu barel per hari tidak bisa direalisasikan," ucapnya. (*)