Menperin Berkomitmen Beri Kemudahan Investor Berbisnis di Indonesia
Rabu, 10 Desember 2014 14:16 WIB
Gresik (Antara Jatim) - Menteri Perindustrian (Menperin), Saleh Husin, menyatakan, siap menunjukkan komitmennya untuk memberikan kemudahan bagi investor yang ingin berbisnis di Indonesia melalui berbagai penerapan kebijakan khususnya di sektor industri perkakaoan nasional.
"Bagi kami industri pengolahan kakao berperan penting dalam peningkatan devisa dan ekonomi. Apalagi, konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini 0,6 Kilogram/kapita/tahun atau rendah dibandingkan beberapa negara di Benua Eropa sebesar delapan Kilogram/kapita/tahun," kata Saleh saat meresmikan Pabrik Kakao Cargill Indonesia, di Gresik, Rabu.
Pada pengembangan perkakaoan nasional, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas melalui paket kebijakan seperti pembebasan bea masuk atas pengimporan mesin, barang, dan bahan. Lalu, kebijakan bea keluar biji kakao dalam rangka menjamin pasokan bahan baku biji kakao di dalam negeri.
"Berikutnya, pengurangan pajak penghasilan (PPh) bagi investasi baru maupun perluasan di bidang industri pengolahan kakao dan fasilitas PPh untuk Penanaman Modal di bidang atau di daerah tertentu, pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh dengan persyaratan merupakan industri pioner dan rencana penanaman modal Rp1 triliun dan berproduksi secara komersial," ujarnya.
Dengan berbagai fasilitas yang diberikan, menurut dia, telah berdampak signifikan dalam mendorong perkembangan industri pengolahan kakao di Tanah Air. Seperti masuknya PT Cargill Indonesia yang berinvestasi di Gresik dengan menggunakan 70.000 Metrik Ton (MT) biji kakao.
"Dari angka itu, mereka siap memproduksi cocoa liquor berkapasitas 6.000 MT, cocoa butter 21.000 MT, dan cocoa powder 28.000 MT dengan nilai investasi lebih dari 100 juta dolar AS," katanya.
Ia optimistis, dengan tumbuhnya industri hilir pengolahan kakao Indonesia perlu didukung ketersediaan bahan baku yang mencukupi. Untuk itu, pihaknya berharap ada dukungan dari instansi terkait dalam pengembangan hilirisasi kakao seperti progran Gerakan Nasional (Gernas) kakao dapat dilanjutkan kembali.
"Hal itu sebagai upaya menjamin ketersediaan bahan baku industri pengolahan kakao dalam negeri. Kami harap dengan pendirian pabrik ini dapat mendorong diversifikasi produk olahan kakao yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi dan meningkatkan konsumsi cokelat di Indonesia," katanya.
Selain itu, pihaknya siap menyampaikan keluhan Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto, kepada Menteri Pekerjaan Umum terkait perlu adanya percepatan pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan jalan nasional guna meningkatkan minat investor menanamkan modal di Tanah Air.
Pada kesempatan sama, Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto, membenarkan, bahwa pihaknya mengalami sejumlah hambatan saat menarik minat penanam modal untuk mengembangkan bisnis di wilayah kerjanya. Padahal Gresik adalah daerah tujuan investasi di Jatim dan memperoleh penghargaan investasi selama tiga tahun berturut-turut di mana besaran penanaman modal tercatat hingga Rp17,7 triliun.
"Sejak Januari 2014 sampai sekarang sudah 177 perusahaan besar baik PMA maupu PMDN yang memberi kontribusi investasi di Gresik karena didukung kemudahan izin," katanya.
Selain itu, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi Gresik sebesar 7,46 persen mampu melebihi pertumbuhan ekonomi nasional dengan PDRB Rp57,2 triliun. Sementara pendapatan per kapita Rp38 juta per tahun dan jumlah penduduk 1.308.000 jiwa yang menyebar di 330 desa.
"Meski begitu, pemerintah dan masyarakat Gresik sangat bersyukur karena pabrik kakao yang terbesar seAsia Pasifik berada di daerah ini. Kami harap pabrik ini mampu menciptakan dampak berkelanjutan yang positif terhadap perekonomian sehingga investor cukup ke Gresik tidak perlu ke Surabaya karena macet," katanya.(*)