Polisi Evakuasi Kiai Tulungagung dari Amukan Massa
Jumat, 7 Maret 2014 23:27 WIB
Tulungagung (Antara Jatim) - Jajaran Kepolisian Resor Tulungagung, Jawa Timur, bergerak cepat dalam mengevakuasi seorang tokoh agama beserta keluarga dan belasan santrinya dari amuk massa yang marah karena menduga sang kiai telah mencabuli seorang santriwatinya hingga hamil enam bulan.
Koresponden Antara di Tulungagung, Jumat melaporkan, sang kiai yang diidentifikasi bernama Jazuli (50) asal Desa Sidem, Kecamatan Gondang tersebut sampai saat ini masih diamankan di Mapolres Tulungagung untuk menghindari amuk warganya.
"Kami sudah tawarkan kepada warga jika menginginkan pak kiai dibawa pulang. Tapi mereka malah bilang tidak berani menjamin keselamatannya," kata Kasat Reskrim Polres Tulungagung, AKP Lahuri.
Meski selamat, pengasuh Pondok Pesantren Rohmatul Umat di Desa Sidem, Kecamatan Gondang itu sempat menjadi sasaran pukulan warga yang mengaraknya dari pondok pesantren hingga Balai Desa Sidem, Kamis (6/3) malam.
Beruntung aparat keamanan segera datang dan mengevakuasi Kiai Jazuli yang mulai babak belur tanpa perlawanan dihajar warga.
Untuk menghindari kerusuhan susulan, polisi kemudian mengevakuasi Jazuli, keluarganya serta 11 santri Ponpes Rohmatul Umat ke Mapolres Tulungagung, dan kasusnya langsung ditangani unit perlindungan perempuan dan anak.
"Kami telah periksa santri perempuan yang hamil, juga beberapa saksi lain termasuk Kiai Jazuli. Hasilnya, santriwati berusia 15 tahun berinisial A itu hamil dengan salah satu santri pria berinsial S, dan mereka telah menikah secara siri sejak 14 Agustus 2013," terang Lahuri.
Karena tak cukup bukti, polisi tak menetapkan satupun tersangka. Pada Jumat sore, giliran sekelompok warga pendukung Kiai Jazuli mendatangi Mapolres Tulungagung dan menuntut tokoh agama itu segera dibebaskan.
Mereka beralasan, tuduhan pencabulan terhadap A oleh Kiai Jazuli tidak cukup bukti karena santri perempuan yang masih di bawah umur itu diketahui sudah menikah secara siri dan ada bukti keterangan tertulisnya.
Dua kubu warga yang berbeda sikap kemudian dipertemukan oleh polisi di halaman mapolres setempat untuk memberi penjelasan mengenai bukti petunjuk penyidikan yang telah dilakukan unit PPA.
"Kami coba sosialisasikan dan memberi pengertian pada warga agar tidak memperkeruh keadaan," kata Kepala Desa Sidem, Muri.
Geger di Desa Sidem akibat dugaan pencabulan oleh seorang kiai terhadap salah satu santri perempuan tersebut sempat mendapat perhatian Kapolres Tulungagung, AKBP Whisnu Hermawan Februanto.
Bersama jajaran perwira dari unsur bagian operasional, sabhara, satreskrim, dan intelkam, Whisnu turun langsung mengendalikan massa yang sempat beringas. (*)