Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur melalui Dinas Pariwisata setempat mengusulkan Tombak Kiai Upas sebagai benda cagar budaya tingkat kabupaten.
Proses awal dilakukan dengan pengukuran fisik tombak yang dilaksanakan menjelang prosesi jamasan, Jumat.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Tulungagung Johanes Bagus Kuncoro mengatakan pengukuran dilakukan oleh tim ahli cagar budaya sebagai dasar pencocokan dengan data yang dimiliki Keraton Yogyakarta.
"Tadi sudah dilakukan pengukuran oleh tim cagar budaya. Mudah-mudahan dimensi tombak ini bisa dicocokkan dengan arsip Keraton Jogja," ujarnya.
Menurut Johanes, pencocokan akan mencakup ukuran, pamor, tahun pembuatan, dan riwayat penyerahan pusaka.
Secara historis, Tombak Kiai Upas diyakini merupakan hadiah dari Sultan Hamengkubuwono IV kepada menantu Sultan Hamengkubuwono II, yang kemudian membawanya ke Kadipaten Ngrowo—cikal bakal Kabupaten Tulungagung.
"Data di Jogja akan menunjukkan pamor, ukuran, hingga kepada siapa pusaka ini diberikan," jelasnya.
Namun di sisi lain, masyarakat juga meyakini kisah legenda sebagai asal-usul tombak tersebut.
Juru kunci Tombak Kiai Upas, Winarto, mengungkapkan pusaka ini dipercaya berasal dari lidah Naga Baruklinthing, makhluk mitologis dalam cerita rakyat Mataram.
Dalam kisah yang beredar, Baruklinthing merupakan anak dari seorang putri kerajaan yang secara tidak sengaja kehilangan pisau pinjaman saat membantu acara desa.
Pisau tersebut diletakkan di atas paha, bertentangan dengan pesan pemiliknya, Ki Wanabaya.
Peristiwa itu menyebabkan kehamilan sang putri dan kelahiran Baruklinthing dalam wujud ular naga.
Saat dewasa, Baruklinthing mencari ayahnya.
Oleh Ki Wanabaya, ia diminta melingkari gunung sebagai ujian. Karena lingkarannya kurang satu jengkal, Baruklinthing menjulurkan lidahnya.
Lidah itu kemudian dipotong dan diyakini menjelma menjadi Tombak Kiai Upas.
