Satpol PP Bojonegoro Pantau Semburan Minyak Liar
Minggu, 17 November 2013 23:27 WIB
Bojonegoro (Antara Jatim) - Sejumlah petugas Satpol PP Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, diturunkan untuk memantau semburan liar (flowing) minyak mentah di lokasi pengeboran sumur minyak di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Minggu.
Kepala Kantor Satpol PP Pemkab Bojonegoro Kusbiyanto, Minggu, mengatakan, petugasnya yang ditempatkan di lokasi terjadinya semburan minyak mentah hanya sebatas berjaga-jaga untuk mengantisipasi segala kemungkinann, sebab kandungan yang keluar mudah terbakar.
"Jelas lingkungan di sekitarnya rusak, sebab kandungan yang keluar mengotori kawasan hutan di daerah setempat. Kami sudah mengimbau agar masyarakat tidak mendekat, sebab aroma yang menyebar bisa menimbulkan pusing," katanya, menegaskan.
Menurut dia, semburan yang keluar dari sumur minyak dengan nomor 67 D PT Spektra Abadi Mukti tersebut berwarna cokelat yang diperkirakan berupa minyak mentah bercampur air juga zat lainnya dengan ketinggian lebih dari 70 meter.
"Perbandingan yang menyembur lebih banyak airnya dibandingkan minyak mentah," jelasnya.
Ia menyebutkan sumur minyak di desa setempat mulai menyemburkan minyak mentah yang bercampur air, Sabtu sekitar pukul 10.00 WIB.
Sesuai data yang diperoleh, katanya, PT Spektra Abadi Mukti melakukan pengeboran sumur minyak baru di lapangan sumur minyak peninggalan Belanda di desa setempat dengan kedalaman sekitar 400 meter.
"Besar kemungkinan ada kesalahan dalam melakukan pengeboran," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris KUD Sumber Pangan Kecamatan Kedewan Sugeng Priyanto menjelaskan pengeboran sumur minyak nomor 67 D dengan kedalaman 400 meter sudah selesai sepekan lalu.
"Semburan mulai terjadi ketika sumur minyak sedang ditimba," jelasnya.
Menurut dia, terjadinya semburan disebabkan ada sebuah alat yang berfungsi untuk menambah tekanan dari dalam yang belum dipasang, sehingga menimbulkan semburan liar.
Saat ini, lanjutnya, semburan yang terjadi diarahkan ke tempat penampungan dengan tujuan airnya dialirkan ke sungai dan minyak dipisahkan.
"Biasanya terjadinya semburan seperti ini akan berlangsung selama dua hari," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Bojonegoro Tedjo Sukmono menjelaskan pihaknya sudah mengambil contoh material yang keluar dari sumur minyak di desa setempat untuk diteliti apakah mengandung bahan yang berbahaya atau tidak.
"Kalau sekarang kami belum tahu apakah kandungan yang keluar dari sumur minyak itu berbahaya atau tidak," ucapnya. (*)