Trenggalek, Jawa Timur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, meluncurkan program "Sangu Sampah" yang menyasar pelajar sekolah dan santri pondok pesantren sebagai upaya mengintegrasikan edukasi lingkungan dengan inklusi keuangan.
Program tersebut diluncurkan Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin bersama Direktur Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut Kementerian Lingkungan Hidup Edy Nugroho Santoso di Desa Malasan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Kamis.
"Program 'Sangu Sampah' merupakan langkah konkret pemerintah daerah dalam mendukung target Trenggalek Net Zero Carbon' 2045," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin dalam pidato sambutannya pada peluncuran di Balai Desa Malasan, Trenggalek.
Ia menjelaskan, penghitungan emisi karbon di Trenggalek menunjukkan sektor energi menyumbang emisi terbesar sebesar 42 persen, disusul sektor pertanian 40 persen, sampah 16 persen, dan sektor industri.
Menurut dia, Trenggalek masih memiliki surplus emisi sekitar 115 ribu ton CO2 ekuivalen, yang setara dengan penanaman 130 hektare mangrove atau pengelolaan sekitar 80 persen sampah yang dihasilkan masyarakat.
"Keterbatasan kemampuan fiskal daerah mendorong pemerintah daerah memilih sektor sampah sebagai pintu masuk pengurangan emisi karena memiliki nilai ekonomi meski membutuhkan biaya pengolahan yang besar," katanya.
Melalui program tersebut, kata dia, pelajar dan santri dilibatkan dalam pengelolaan sampah yang ditabung dan dikonversikan menjadi uang saku untuk mendukung kebutuhan pendidikan.
"Program 'Sangu Sampah' diterapkan di seluruh jenjang pendidikan, mulai sekolah dasar hingga perguruan tinggi," katanya.
Dengan program ini, lanjut dia, setiap peserta memiliki satu akun rekening, dengan pengelolaan khusus bagi siswa sekolah dasar dan santri pondok pesantren yang didampingi guru atau pengurus pondok.
"Setiap sampah yang dikumpulkan akan dikonversikan menjadi poin melalui aplikasi TGX Waste Coin, dengan perhitungan nilai ekonomi dilakukan setiap tiga bulan sekali sebelum dicairkan," katanya.
Sementara itu, siswi SMAN 2 Trenggalek Humairah Setya menilai program tersebut dapat menumbuhkan kepedulian lingkungan sekaligus membangun kebiasaan menabung sejak dini.
