Banyuwangi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, membuat terobosan mengembangkan beras bernutrisi atau beras biofortifikasi, yakni meningkatkan kandungan gizi pada padi dengan teknologi ramah lingkungan.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan beras tersebut mengandung berbagai vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin A, B1, B3, B12, B9 (asam folat), zat besi, dan zinc, sehingga sangat baik untuk dikonsumsi, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.
"Upaya ini selaras dengan Asta Cita Presiden Prabowo, selain mendukung ketahanan pangan, pengembangan beras bernutrisi juga memperkuat pembangunan SDM," ujar dia dalam keterangannya diterima di Banyuwangi, Rabu.
Harapannya, lanjut Ipuk, kualitas gizi masyarakat semakin meningkat dan selain itu juga bisa menekan bahkan mencegah stunting di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
"Beras biofortifikasi diproduksi melalui modifikasi genetik tanaman padi untuk meningkatkan kandungan gizi, dan pengembangan beras ini dilakukan pemkab bersama produsen pertanian ramah lingkungan yang berbasis di Banyuwangi, Pandawa Agri Indonesia, Danone Indonesia dan Bulog Banyuwangi," katanya.
Sementara itu, CEO Pandawa Agri Indonesia, Kukuh Roxa Putra menambahkan saat ini pengembangan beras biofortifikasi dilakukan di lahan seluas 60 hektare dengan melibatkan puluhan petani.
Lahan tersebut tersebar di sejumlah wilayah, seperti Kecamatan Blimbingsari, Licin, Glagah, Singojuruh, dan Sempu.
"Tahun 2026 akan kami perluas hingga 500 hektare dengan melibatkan seratusan petani," kata Kukuh Roxa.
Dalam pelaksanaannya, katanya, pendampingan dari hulu ke hilir kepada para petani, mulai penyiapan benih, pengolahan lahan, proses budi daya, hingga perlakuan pascapanen.
Dengan pendampingan tersebut, produktivitas tanaman padi bisa ditingkatkan hingga 15 persen.
Kukuh menambahkan, dalam proses budi daya padi biofortifikasi, pihaknya konsisten menerapkan pertanian ramah lingkungan.
Misalnya, melakukan pemupukan berimbang dan rasional, menggunakan decomposer jerami untuk meningkatkan bahan organik tanah, serta menerapkan sistem pengairan basah kering untuk menekan emisi gas rumah kaca.