Tulungagung, Jatim (ANTARA) - Pimpinan baru Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Tulungagung, Jawa Timur berkomitmen untuk mengembangkan program pemberdayaan aneka kewirausahaan bagi warga binaan (wabin).
Komitmen itu disampaikan Kepala LP Klas IIB Tulungagung, Ma'ruf Prasetio Hadianto usai serah terima jabatan (sertijab) dari pejabat Kalapas lama, R. Budiman Kusumah di aula LP Klas IIB Tulungagung, Jumat.
"Programnya (pelatihan kewirausahaan) harus disesuaikan dengan jumlah wabin serta jenis perkara mereka, termasuk mempertimbangkan kearifan lokal," kata Ma'ruf dikonfirmasi awak media usai kegiatan.
Mantan Kepala LP Klas IIB Pasuruan itu mengaku terinspirasi dari model pemberdayaan wabin di Lapas Pasuruan.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya inovasi berbasis kondisi lapas.
Ma’ruf menargetkan kolaborasi dengan pihak ketiga guna membangun industri konveksi di dalam lapas.
Saat bertugas di Pasuruan, ia mengelola konveksi yang melibatkan 150 warga binaan dan mengembangkan peternakan ayam serta bebek petelur, budidaya ikan, hingga pelatihan barista.
Di Tulungagung, ia melihat potensi tambahan pada industri kerajinan marmer yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan.
"One prison, one product—setiap lapas harus punya produk khas yang bisa dipasarkan ke masyarakat," tegasnya.
Selain meningkatkan keterampilan, program ini diharapkan memberi manfaat ekonomi bagi warga binaan dan mendorong kemandirian setelah bebas.
"Kami ingin mereka memiliki keterampilan yang benar-benar bisa digunakan di luar nanti, bukan sekadar kegiatan mengisi waktu," ujarnya.
Program pemberdayaan serupa telah diterapkan di beberapa lapas, seperti produksi roti di Lapas Kelas I Tangerang dan industri batik di Lapas Perempuan Malang.
Pemerintah terus mendorong inisiatif semacam ini agar warga binaan memiliki peluang ekonomi yang lebih baik serta mengurangi angka residivisme.