Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) berupaya mengendalikan inflasi terutama menjelang libur Natal dan Tahun Baru melalui beras Jatim Cettar yang memiliki kualitas premium, namun akan dijual ke masyarakat dengan harga di bawah harga eceran tertinggi (HET).
“Beras Jatim Cettar berkualitas premium tapi dijual pemerintah di bawah HET. Secara umum HET Rp14.900 per kilogram tapi beras Jatim Cettar dijual di bawah itu,” kata Kepala Biro Perekonomian Jatim Aftabuddin di Surabaya, Senin.
Afta menjelaskan beras Jatim Cettar merupakan hasil dari program skema korporasi petani yang dibentuk oleh Pemprov Jatim yang merupakan model koperasi multipihak mulai dari petani, pemilik penggilingan padi, kepala desa hingga lainnya.
Ia menuturkan untuk beras Jatim Cettar saat ini adalah hasil dari korporasi petani wilayah Jombang dan diharapkan ke depannya akan banyak kabupaten di Jawa Timur yang turut menjadi sumber beras dari produk Jatim Cettar.
Untuk di Jombang sendiri terdapat tujuh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dengan masing-masing memiliki anggota sebanyak 250 petani.
“Daerah lain yang produk beras juga bisa diangkat sebagai sumber produk Jatim Cettar. Bisa beras dari Situbondo, Ngawi, dan sebagainya sehingga petani bisa mendapat keuntungan lebih dari produk ini,” katanya.
Afta memastikan penjualan beras Jatim Cettar dengan harga di bawah HET tidak akan mengganggu persaingan usaha karena telah dihitung secara saksama.
Tak hanya itu, Pemprov Jatim pun sudah melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat seperti Badan Pangan, Kementerian Pertanian, dan Bappenas terkait produk beras Jatim Cettar tersebut.
Ia memastikan masyarakat sudah bisa mulai membeli produk beras Jatim Cettar mulai Senin (16/12) di beberapa lokasi seperti di Surabaya terdapat lima titik penjualan.
Lima titik itu adalah Pasar Wonokromo, Pasar Tambahrejo, Pasar Genteng Baru, Pasar Pucang Anom, dan Pasar Soponyono.
“Kita drop di sana sehingga masyarakat bebas, harga sesuai standar kita yaitu di bawah HET karena dari langsung dari gapoktan ke BUMD jadi tidak ambil banyak keuntungan,” ujarnya.