Bojonegoro (ANTARA) - Mahasiswa Teknik Industri Universitas Bojonegoro (Unigoro) menciptakan alat pertanian modern bernama Drone Agrikultur, yang bisa dipergunakan petani untuk menyebarkan atau proses pemupukan pada lahan pertanian di wilayah setempat.
"Tertarik menciptakan inovasi teknologi di bidang pertanian karena selaras dengan potensi lokal Bojonegoro, yang kebanyakan petani," kata mahasiswa Unigoro, Nungky Dio Febriansyah, di Bojonegoro, Jawa Timur, Selasa.
Dikatakan Dio, drone agrikultur merupakan karyanya bersama M. Nurudduja, dan Novia Pramesti Dwi C, yanv berfungsi menyebarkan pupuk dan pestisida cair maupun padat di areal pertanian.
Dio bersama timnya membutuhkan waktu empat bulan untuk merangkai drone tersebut dan juga harus beberapa kali uji coba dengan cara memetakan daerah penyemprotan.
"Dalam proses pembuatannya dilakukan simulasi dan perbandingan, jika pemupukan manual itu berapa banyak pupuk yang dihabiskan dan bila pemupukan via drone itu habis berapa pupuknya. Begitu juga durasi pemupukannya juga dihitung," jelasnya.
Simulasi yang dilakukan, lanjut Dio, dengan penyemprotan Pupuk Organik Cair (POC) di persawahan Desa Kalirejo, Kecamatan Bojonegoro dengan luas sekitar 10 hektar.
Berdasarkan data, penyemprotan manual dengan tangki semprot kapasitas 15 liter membutuhkan waktu berkisar antara 8-10 jam per satu hektare sawah.
"Sedangkan penyemprotan dengan drone agrikultur hanya membutuhkan waktu satu jam," terangnya.
Drone agrikultur tersebut menggunakan tenaga baterai dan bisa terbang selama 30 menit, yang dinilai lebih efisien karena memiliki jangkauan penyebarannya lebih luas dan tepat sasaran.
"Serta bisa untuk produk padat maupun cair. Tinggal mengganti tabungnya saja,” papar Dio.
Sementara itu, Nurudduja menambahkan, meskipun drone agrikultur tersebut bisa menyemprot pupuk atau pestisida tepat sasaran, namun masih membutuhkan fitur-fitur tambahan seperti untuk memonitor kesehatan tanaman secara real time.
"Serta pengintegrasian drone dengan aplikasi berbasis IoT (Internet of Thing) untuk mengoptimalkan pengelolaan lahan pertanian," ungkap dia.
Ia mengakui bahwa biaya pengadaan drone agrikultur tidak murah, namun, alat tersebut dinilai mampu menjadi solusi agar para petani mendapatkan kemudahan.