“Saat ini di persawahan Geneng ini musimnya matun, dimana petani membersihkan area sawah yang sudah ditanami padi dari rumput liar. Proses ini dilakukan secara manual,” kata Khofifah dalam keterangan diterima di Surabaya, Rabu.
Menurutnya, pertanian di Ngawi sudah menggunakan teknologi pertanian yang canggih, dimana petani sudah menggunakan pembenihan dan pemupukan dengan menggunakan drone.
Tidak hanya itu, proses panen padi juga dilakukan para petani Ngawi dengan mesin combine harvester. Proses mekanisasi sudah dilakukan dalam panen padi oleh para petani. sehingga petani sudah tidak perlu berkotor-kotor lumpur pembenihan, pemupukan maupun saat panen.
“Artinya saya mengajak generasi muda, millenial dan gen Z untuk terjun ke sektor pertanian termasuk sawah. Agar jangan khawatir untuk belepotan lumpur karena pertanian di Jatim khususnya Ngawi sudah memungkinkan dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih,” ujarnya.
Lebih lanjut Khofifah menegaskan bahwa produktivitas padi di Ngawi adalah yang tertinggi di Jawa Timur. Berdasarkan data rilis BPS per Maret 2024, total luas panen padi di Kabupaten Ngawi mencapai 124,92 ribu hektar di tahun 2023. Dengan total produksi padi di tahun 2023 mencapai 771,25 ribu ton GKG.
Dibandingkan 2022, produktivitas padi di Kabupaten Ngawi ini meningkat sebesar 2,03 persen atau naik sebesar 15,3 ribu ton GKG. Dimana di tahun 2022, total produksi padi di Kabupaten Ngawi adalah 755,9 ribu ton GKG.
“Jawa Timur adalah lumbung pangan nasional. Produksi padi kita tidak hanya untuk menyuplai kebutuhan pangan warga Jatim saja, tapi juga 16 provinsi lain di Indonesia,” kata Khofifah.
“Maka sesungguhnya petani kita ini luar biasa. Dan ke depan kita berkomitmen untuk terus meningkatkan produktivitas dengan harapan ini akan berseiring dengan peningkatan kesejahteraan petani kita,” tambah Khofifah.