FMKP: Jangan Salahkan Nelayan soal Pengeboman Ikan
Minggu, 12 Februari 2012 12:24 WIB
Surabaya - Ketua Forum Masyarakat Kelautan dan Perikanan (FMKP) Jatim Oki Lukito mengingatkan pemerintah dan penegak hukum agar tidak hanya menyalahkan nelayan dalam kasus pengeboman ikan.
"Nelayan itu melakukan pengeboman ikan karena terpaksa, sementara perhatian pemerintah terhadap mereka sangat kurang," katanya kepada ANTARA di Surabaya, Minggu.
Oki menyampaikan hal itu menanggapi masih maraknya penangkapan ikan dengan bom oleh nelayan di Jatim, seperti yang yang terjadi di perairan Selat Madura di Pamekasan.
Penangkapan ikan secara ilegal itu dilakukan oleh nelayan bagan di perairan Talang, Desa Montok, Kecamatan Larangan dan Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan.
Menurut Oki, pemerintah saat ini memiliki banyak program di bidang kelautan, seperti penanaman mangrove dan lainnya, namun tidak memiliki program yang spesifik untuk mencegah nelayan menggunakan bom ikan.
Ia mengemukakan bahwa saat ini nelayan mengalami kesulitan menangkap ikan, antara lain karena sudah kelebihan tangkapan, sehingga mereka mengambil jalan pintas, meskipun dampaknya merusak lingkungan dan masa depan nelayan itu sendiri.
"Semestinya hal seperti ini dicarikan solusinya oleh pemerintah, misalnya menggunakan keramba apung, pengembangan tambak dan pembudidayaan rumput laut," kata mantan wartawan ini.
Oki melihat bahwa ada perbedaan perlakuakn ketika terjadi bencana di laut dengan di darat. Setiap ada bencana di darat, seperti puting beliung dan lainnya, bantuan langsung diberikan, sementara untuk bencana di laut hampir tidak ada perhatian.
"Misalnya saat musim angin kencang sehingga nelayan tidak bisa melaut atau menghadapi paceklik, tidak ada bantuan dari pemerintah. Padahal itu juga bagian dari bencana, bahkan bencana kemiskinan," ujarnya.
Ia mengimbau pemerintah agar segera menyelesaikan masalah penangkapan ikan dengan bom ini, karena dampaknya pada kerusakan terumbu karang. Saat ini kerusakan terumbu karang di Jatim sudah mencapai 60 persen, yang tersebar antara lain di perairan kepulauan Sumenep, Bawean dan Selat Madura.
"Kalau tidak segera dilakukan perbaikan dan pemberdayaan nelayan selain menangkap ikan, maka akan menjadi persoalan jangka panjang karena ikan akan semakin sulit didapat oleh nelayan," katanya. (*)