Surabay (ANTARA) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui bahwa produk industri migas merupakan energi fosil penghasil karbon, namun pada saat yang sama perusahaan tersebut juga mengupayakan pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Upaya untuk pengeloaan lingkungan berkelanjutan itu antara lain dengan menjalankan usaha-usaha pada transisi energi menjadi energi rendah emisi, zero flaring, dan udara bersih. Tren transisi energi ini akan semakin dikejar di tahun-tahun ke depan.
"Energi yang rendah emisi juga menjadi tantangan tersendiri. Saat ini terjadi shifting penggunaan energi ke energi gas bumi," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Hudi Dananjoyo Suryodipuro dalam keterangan di diterima di Surabaya, Minggu.
Hudi mengemukakan itu dalam Lokakarya Media Periode II Tahun 2024, SKK Migas-–KKKS Jabanusa, di Yogyakarta, pekan lalu.
Menurut Hudi, SKK Migas Bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) juga mencanangkan narasi besar Industri Hulu Migas 2025 yaitu menjadi mitra strategis pemerintah sekaligus menjadi pilar swasembada energi atau ketahanan energi.
Itulah mengapa Rencana Strategis Indonesian Oil Gas (IOG) 4.0 berisi target mencapai level produksi maksimal, mengoptimalkan efek berganda, dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Penggunaan energi gas bumi juga didorong oleh rencana konversi penggunaan batu bara dan minyak bumi, yang nilai dan volume impornya sangat besar dan tinggi emisinya. Penggunaan energi gas bumi jelas lebih bersih dan saat ini memiliki produksi yang melimpah.
"Penggunaan energi gas juga mampu menggerakkan roda ekonomi dan industri domestik, serta selaras dengan target pemerintah berupa Net Zero Emission," imbuhnya.
Untuk mitigasi iklim, SKK Migas dan KKKS juga telah melakukan banyak penanaman pohon. Kata dia, dalam tiga tahun terakhir SKK Migas Bersama KKKS sudah menanam 5,9 juta pohon untuk mengurangi emisi.
Dalam Lokakarya yang mengangkat tema "Energi Transisi dan Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan" itu Hudi mengajak media untuk berkolaborasi mendorong upaya-upaya tersebut. Hadir dalam kesempatan tersebut para Pemimpin Redaksi dari wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Kegiatan juga dihadiri Pjs. Kepala Perwakilan SKK Migas Jabanusa, Febrian Ihsan, VP Human Capital & Support Kangean Energy Indonesia Ltd, Iman Santoso, Mongabay Indonesia, Sapariah Saturi sebagai narasumber, perwakilan perusahaan-perusahaan migas di wilayah Jabanusa.
Dalam sambutan pembukaannya, Febrian Ihsan menyampaikan bahwa peran media sangat penting sebagai penyambung informasi kepada masyarakat.
"Kami menaruh harapan besar agar media dapat memberitakan pemberitaan-pemberitaan yang berimbang," harap Febri.
Narasumber lain, Chief Editor Mongabay, Sapariah Saturi mengatakan bahwa Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), sehingga dibutuhkan tata kelola yang baik dengan sistem pengelolaan yang kuat agar kekayaan ini dapat dimanafaatkan sebaik-baiknya tanpa menyebabkan gangguan signifikan terhadap keberlanjutan lingkungan.
Selain itu juga memberikan manfaat besar untuk ketahanan energi serta ketahanan ekonomi baik negara maupun ekonomi Masyarakat.
"Maka dari itu, peran media terkait isu lingkungan sangat penting. Jika tidak ikut menanam, paling tidak menulis tentang lingkungan yang sesuai. Apalagi lingkungan belum menjadi isu yang dominan, seksi atau menarik," ujar Sapari.
Sementara itu para pemimpin redaksi yang hadir dalam lokakarya media menyepakati peranan hulu migas begitu penting dalam menjaga ketahanan energi terutama di masa transisi energi.
Hal ini terlihat dari kuatnya komitmen hulu migas dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi secara masif, agresif dan efisien sehingga pasokan energi nasional dapat terjaga.