Jakarta (ANTARA) - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Djoko Siswanto mengungkapkan perusahaan migas raksasa dunia, yakni Shell, mengajukan proposal untuk melakukan joint study atau studi bersama di 5 wilayah kerja (WK) migas Indonesia.
“Top! Dia (Shell) sudah join (gabung) bersama KUFPEC (Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company) 50:50, sudah mengajukan proposal ke Dirjen Migas (Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi),” ucap Djoksis, sapaan akrab Djoko Siswanto, ketika dijumpai setelah rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Selasa.
Mitra Shell, yakni KUFPEC, merupakan perusahaan hulu migas internasional yang bergerak di bidang eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak mentah dan gas alam di luar wilayah Negara Kuwait. KUFPEC merupakan anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Kuwait Petroleum Corporation.
Djoksis mengungkapkan, melalui kerja samanya dengan KUFPEC, Shell sudah mengajukan permohonan untuk melakukan joint study di 2 WK offshore (lepas pantai) dan 3 WK onshore (darat) kepada Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Laode Sulaeman.
Saat ini, lanjut Djoksis, Kementerian ESDM masih melakukan evaluasi terhadap proposal tersebut.
“Ini sedang dievaluasi oleh Dirjen Migas,” kata Djoksis.
Ihwal proposal Shell, Dirjen Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman pun menyampaikan sudah menerima proposal tersebut.
Laode mengatakan proposal yang diterima dari Shell akan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, sebelum diumumkan kepada publik.
“Setiap joint study harus kami konsultasikan dulu agar kami mendapatkan gambaran yang utuh joint study-nya seperti apa, goals-nya nanti seperti apa, dan peluang-peluangnya nanti seperti apa,” ujar Laode.
Pemerintah menawarkan lebih dari 5 WK kepada Shell, lalu Shell menyatakan ketertarikan terhadap 5 WK. Akan tetapi, Laode belum bisa mengungkapkan WK mana saja yang menarik minat Shell.
Yang jelas, tuturnya melanjutkan, saat ini Shell sudah menunjukkan minat dan akan masuk di tahapan yang sangat awal, yakni joint study.
“Mereka (Shell) akan masuk di tahapan yang sangat awal, yaitu joint study. Mereka sudah menyatakan minat untuk 5 WK,” ujar Laode.
Dengan demikian, proposal tersebut menunjukkan minat Shell untuk kembali ke industri hulu migas Indonesia.
Sebelum meninggalkan industri hulu migas Indonesia, Shell pernah terlibat dalam blok-blok migas raksasa Indonesia, seperti Blok Masela. Blok Masela merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bernilai 19,8 miliar dolar AS (sekitar Rp285 triliun) dan ditargetkan mulai berproduksi pada 2027.
Blok Masela berpotensi memproduksi gas 1.600 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, gas pipa 150 MMSCFD, dan 35 ribu barel minyak per hari.
Pada 2023, PT Pertamina (Persero) mengambil alih participating interest atau hak partisipasi Shell Upstream Overseas Services Ltd sebesar 35 persen di Blok Masela, Maluku.
