Surabaya (ANTARA) - PT Pelindo Marine Service atau Pelindo Marine mendukung keselamatan pelayaran dan pemeliharaan melalui pelatihan bagi pelaut dari departemen dek maupun departemen mesin yang diselenggarakan di delapan kota pelabuhan di Indonesia.
Direktur Keuangan, Sumber Daya Manusia (SDM), dan Manajemen Risiko Pelindo Marine Lia Indi Agustiana menyebutkan kota pelabuhan yang menjadi sasaran pelatihan adalah Balikpapan, Medan, Makassar, Banjarmasin, Tanjung Balai Karimun, Sorong, Dumai, dan Surabaya.
“Pelatihan ini merupakan in-house training yang diorganisir sendiri oleh Pelindo Marine dengan menghadirkan instruktur eksternal yang kompeten,” katanya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat.
Lia menuturkan pelatihan tersebut menghadirkan instruktur eksternal yang kompeten seperti dari regulator yakni kesyahbandaran dan klasifikasi kapal.
Bahkan para general manager Pelindo Marine di pelabuhan setempat juga diundang untuk bisa berdiskusi dan berkoordinasi langsung para pelautnya terkait materi-materi pelatihan.
In-house training tersebut diikuti baik pelaut dari departemen dek maupun departemen mesin seperti nakhoda, mualim, juru mudi, hingga kepala kamar mesin, masinis, dan juru motor.
Lia menjelaskan pelatihan diselenggarakan sebagai wujud komitmen manajemen Pelindo Marine terkait keselamatan pelayaran dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Break The Silo (BTS) atau memecah sekat-sekat kepentingan sektoral dalam organisasi.
“Baik itu sekat fungsi kerja, lokasi penugasan hingga mungkin identitas budaya,” ujarnya.
Ia melanjutkan, dengan BTS akan tercipta marineverse atau marine universe yang mewujudkan keselamatan pelayaran sekaligus standardisasi kualitas pelayanan.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Utama Tanjung Perak Surabaya Agustinus Maun yang sempat menjadi pembicara kunci mengatakan regulasi terkait operasional dan keselamatan pelayaran sejauh ini sudah cukup detil.
Ia mengatakan berbagai regulasi yang ada sudah cukup detil dan mengatur teknis pencegahan terjadinya berbagai jenis insiden kapal seperti tenggelam, terbakar, tubrukan, hingga kandas.
Meski demikian, Agustinus menilai masih ada berbagai tindakan yang harus dilaksanakan para pemangku kepentingan maritim sebagai pencegahan kecelakaan kapal termasuk kolaborasi dan komunikasi serta pelatihan dan pendidikan.
Hal senada turut disampaikan oleh salah satu pelaut peserta pelatihan di Surabaya yaitu Wakhid Hasyim yang bertugas sebagai mualim 1 di Kapal Tunda Jayanegara 203.
Wakhid mengatakan materi pelatihan tentang basic ship maintenance serta marine accident and investigation merupakan kompetensi dasar yang penting untuk terus diingatkan karena selalu ada perkembangan ilmu dan teknologi di industri maritim.
“Dengan ingat dan paham, serta mendapatkan pembaruan atas keterampilan dasar itu sebagai pelaut menjadi lebih percaya diri dan merasa aman dalam bertugas di laut,” ujarnya.