Madiun (ANTARA) - Sebanyak 15 warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Madiun, Jawa Timur menyelesaikan pendidikan Diploma 1 (D1) Teologi dan menjalani upacara wisuda di aula lapas setempat, Selasa.
Kalapas I Madiun, Kadek Anton Budiharta mengatakan program D1 Teologi tersebut bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Indonesia (STTAI) Surabaya dan Yayasan Indonesia Bangkit Bersinar (YIBB) dengan lapas setempat sejak pertengahan Februari 2023.
"Ini hal yang luar biasa. Kami memberikan kesempatan bagi warga binaan di Lapas I Madiun untuk tetap mendapatkan hak pendidikannya. Komitmen kami adalah untuk membangun SDM unggul dari dalam lapas guna menyiapkan mereka pada saat kembali di tengah masyarakat," ujar Kadek.
Selain itu, pembinaan tersebut juga sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang Pemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kepribadian dan kemandirian warga binaan.
"Pembinaan ini diharapkan dapat mencegah narapidana mengulangi kesalahan yang sama serta mempersiapkan mereka untuk mandiri dan berkarya setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan," katanya.
Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Heni Yuwono mengapresiasi dan mengaku bangga karena ada perguruan tinggi yang peduli terhadap warga binaan untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama.
"Kami memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Lapas Kelas I Madiun, Yayasan Indonesia Bangkit dan Bersinar, Sekolah Tinggi Teologi Anugerah Indonesia. Saya harapkan tidak berhenti sampai di sini. Bila perlu ada program S2 dan S3, kalau memang ada warga binaan yang pidananya panjang bisa dilanjutkan," kata Heni.
Pihaknya memiliki harapan besar agar lapas dan rutan lain di Jawa Timur juga mengikutsertakan warga binaannya mendapatkan pendidikan yang layak sehingga kelak bisa menjadi bekal ketika kembali ke masyarakat.
"Kesuksesan ini bisa menjadi 'role model' bagi lapas dan rutan lainnya di tingkat nasional," kata dia.
Ia menambahkan bahwa pendidikan adalah elemen kunci dalam pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan.
Melalui pendidikan, narapidana mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri, mengurangi risiko residivisme, meningkatkan kesejahteraan psikologis, dan mempersiapkan diri untuk reintegrasi ke dalam masyarakat.
"Lapas Kelas I Madiun dengan sarana dan prasarana terbatas mampu berkomitmen serius dalam penyelenggaraan pendidikan, dan ini sejalan dengan program prioritas nasional untuk membangun SDM unggul di Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur," kata Heni.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penyerahan sertifikat kelulusan santri Pondok Pesantren Hayatussalam, yakni pondok pesantren yang ada di lapas setempat bagi 50 santri narapidana. Dengan rincian empat santri tingkat lanjut, delapan santri tingkat menengah, dan 38 santri tingkat dasar.
Heni berpesan kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan yang sudah diwisuda dan santri yang bersertifikat agar menerapkan ilmu yang telah didapatkan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari kepada masyarakat.
Acara wisuda tersebut dihadiri oleh Kakanwil Kemenkumham Jatim, perwakilan Forkopimda Kota Madiun, STTAI Surabaya, Kepala UPT Pemasyarakatan jajaran Korwil Madiun, serta keluarga dan kerabat dari para wisudawan.
Kegiatan juga dirangkai dengan peresmian Galeri Dasa Pitutur oleh Kakanwil Kemenkumham Jatim, Heni Yuwono. Adapun, Galeri Dasa Pitutur merupakan etalase produk kerajinan buatan warga binaan Lapas Kelas I Madiun yang terdiri dari kerajinan kayu berupa asbak, kotak tisu, sarta produk dari bahan garmen seperti tas jinjing perempuan serta produk boga berupa "frozen food" sosis, bakso, dan lainnya.(*)
Baca Juga : Dua orang Napiter Lapas Surabaya bebas bersyarat