Surabaya (ANTARA) - Dalam era digital yang semakin maju, akses terhadap informasi lebih mudah dari sebelumnya, sehingga peran jurnalis dan media menjadi semakin penting.
Namun, kecepatan dan mudahnya menyebarkan informasi di dunia daring juga membawa tantangan tersendiri. Dalam konteks ini, penting untuk meninjau kembali peran etika jurnalistik dan mengaplikasikannya dengan bijak dalam era digital ini.
Pertanyaannya, mengapa era digital membutuhkan kembali penekanan pada etika jurnalistik?
Pertama, dalam era di mana berita dan informasi dapat menyebar dengan cepat melalui platform daring, kebenaran serta akurasi menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Berita palsu atau hoaks dapat dengan mudah merajalela dan merugikan masyarakat jika tidak dikendalikan. Oleh karena itu, jurnalis memiliki tanggung jawab yang besar untuk memverifikasi informasi sebelum menyebarkannya.
Etika jurnalistik, seperti prinsip kebenaran dan akurasi menjadi landasan penting dalam menjaga integritas informasi yang disampaikan kepada publik.
Kedua, di tengah laju informasi yang cepat, risiko penyebaran informasi tidak terverifikasi atau bersifat tendensius menjadi meningkat. Dalam situasi seperti ini, etika jurnalistik berperan sebagai penjaga keadilan dalam penyampaian berita.
Prinsip-prinsip seperti keadilan, objektivitas, dan penanganan yang adil terhadap semua pihak perlu dijunjung tinggi, dengan menerapkan etika jurnalistik secara konsisten.
Sehingga media dapat membantu meminimalisasi risiko menyebarkan pandangan atau narasi yang memihak atau prejudis.
Ketiga, dengan adanya internet dan media sosial, batas antara informasi dan opini menjadi semakin kabur. Banyak orang mengambil peran sebagai "jurnalis warga" dengan menyebarkan informasi atau opininya sendiri tanpa mengikuti standar atau kode etik yang jelas.
Dalam konteks ini, penting bagi praktisi jurnalistik profesional untuk menegaskan perannya dalam membedakan antara fakta atau opini.
Etika jurnalistik menuntut bahwa berita harus disajikan secara obyektif, sementara opini harus jelas diidentifikasi dan diungkapkan dengan jujur.
Keempat, dengan kemajuan teknologi terdapat tantangan baru terkait privasi dan keamanan informasi. Dalam menjalankan tugas jurnalistik, perlu memperhatikan hak privasi individu dan memastikan bahwa informasi yang diperoleh serta disebarkan tidak melanggar batas-batas privasi yang sah.
Etika jurnalistik menuntut bahwa jurnalis harus bertindak dengan penuh tanggung jawab dan menghormati hak-hak individu yang terlibat dalam laporan mereka.
Terakhir, era digital juga menuntut transparansi dan akuntabilitas dari media. Dalam membangun kepercayaan masyarakat, media harus terbuka tentang sumber informasi, proses pemberitaan dan potensi konflik kepentingan.
Etika jurnalistik, seperti prinsip keterbukaan dan akuntabilitas membantu memastikan bahwa media bertanggung jawab atas tindakan dan keputusan mereka.
Secara keseluruhan, era digital memperkuat kebutuhan akan penerapan etika jurnalistik yang tepat. Dengan memegang teguh prinsip-prinsip seperti kebenaran, akurasi, keadilan, dan keterbukaan, media dapat memainkan peran yang konstruktif dalam menyediakan informasi yang akurat, obyektif dan berharga bagi masyarakat.
Dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh era digital, memperkuat etika jurnalistik adalah langkah krusial untuk menjaga integritas dan relevansi profesi jurnalistik di masa depan.
*) Penulis merupakan mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam UNHASY Jombang