Surabaya (ANTARA) - Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Aries Agung Paewai menegaskan pihaknya tak melarang study tour, namun meminta meminta sekolah untuk mengutamakan kegiatan tersebut di wilayah Jatim saja.
"Kami tidak melarang kegiatan study tour, mengingat kesempatan tersebut biasanya digunakan sekolah untuk mengenalkan perguruan tinggi negeri (PTN) dan jurusan yang akan diminati oleh siswa," kata Aries di Surabaya, Kamis.
Menurutnya, banyak perguruan tinggi di Jawa Timur yang maju dan berkembang serta sudah memiliki lulusan yang berhasil dan sukses termasuk memiliki peringkat yang cukup tinggi, baik di tingkat internasional maupun nasional
"Jadi saya berharap sekolah-sekolah guru mempertimbangkan kembali jika melakukan study tour utamakan dahulu di wilayah Jawa Timur. Kan ada Unair, UB, ada ITS, ada Universitas Jember dan UINSA dan berbagai Universitas lainnya yang luar biasa hasil lulusannya," tuturnya.
Kecuali, lanjut Aries, apabila memang tidak ada di Jawa Timur, maka boleh melaksanakan study tour di luar daerah asalkan punya target sasaran dan manfaat yang jelas.
"Kami tidak melarang tapi harus dibuat SOP yang jelas dan lengkap serta pengawasan yang melekat dari guru dan sekolah serta laporan berjenjang sampai ke dinas pendidikan," ucap Aries.
Pembuatan SOP harus meliputi rapat bersama orang tua siswa dan sekolah, penentuan lokasi study tour yang menghasilkan outcome bagi siswa dan sekolah. Kemudian pendanaan, transportasi yang layak jalan dan pengemudi yang berkompeten.
Berikutnya mengatur soal akomodasi selama perjalanan, pelaporan berjenjang dari cabang dinas hingga bidang SMA/SMK terkait dan terakhir kepada kepala dinas.
"Terakhir yang terpenting fokus study tour telah mendapatkan rekomendasi untuk diterima," ujar pria yang juga Pj Wali Kota Batu tersebut.
Tak hanya itu, dia mengimbau kepada satuan pendidikan agar kegiatan study tour harus menyertakan tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur. Selain itu, pihaknya juga meminta agar kegiatan study tour sifatnya bukan pemaksaan.
"Jadi harus benar-benar dirapatkan bersama orang tua siswa untuk finalisasi tujuan sasaran study tour. Kalau ada yang keberatan ya ndak perlu dipaksa untuk ikut. Yang penting hasil keputusan bersama dan orang tua mengetahui apa saja kegiatan dalam study tour tersebut," ujarnya.
Yang tak kalah penting, faktor kondisi kendaraan yang digunakan harus layak jalan sesuai hasil pemeriksaan oleh dinas perhubungan setempat termasuk kondisi kesehatan sopir.
"Saya juga berharap tidak ada pemaksaan pelaksanaan studi banding apalagi bagi siswa dan orang tua yang tidak mampu kecuali mereka ikut dibantu dibiayai melalui bantuan sekolah," katanya.