Kediri (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menurunkan kelompok kerja untuk penanggulangan (Pokjanal) demam berdarah (DBD) hingga ke masyarakat termasuk sekolah, memberikan edukasi sebagai upaya menekan penyebaran penyakit demam berdarah.
"Kami turunkan Pokjanal demam berdarah dari tingkat kabupaten dan kecamatan hadapi musim hujan ini. Kami juga berharap puskesmas turut memberikan edukasi ke masyarakat, koordinasi dengan Pokjanal demam berdarah di kecamatan untuk pemberantasan sarang nyamuk termasuk di sekolah," kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3K) Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri dr. Bambang Triyono Putro di Kediri, Senin
Ia menyebut, jumlah penderita demam berdarah di Kabupaten Kediri cukup banyak. Selama tiga bulan awal di 2024 ini data yang masuk sudah 158 kasus dengan dua orang meninggal dunia. Untuk Januari 2024 ada 42 kasus, Februari ada 64 kasus, dan Maret ada 52 kasus.
Jumlah ini juga lebih banyak ketimbang tiga awal di 2023 yakni 132 kasus dengan tiga orang meninggal dunia.
Menurut dia, dari laporan yang masuk dua pasien yang meninggal dunia di 2024 ini karena adanya keterlambatan rujukan dari keluarga ke rumah sakit. Nyawa kedua pasien yang masih usia enam tahun dan delapan tahun itu tidak dapat diselamatkan.
Ia menambahkan, meninggalnya dua anak tersebut menjadi perhatian tersendiri. Dinkes sangat berharap, dalam penyakit demam berdarah bisa ditekan seminimal mungkin pasien parah bahkan hingga meninggal dunia.
Untuk itu, bagi orangtua juga harus teliti. Jika ada anak dalam kondisi badan panas kemudian turun lagi dan panas lagi dengan lebih dari tiga hari segera dibawa ke layanan fasilitas kesehatan.
Selain itu, pemkab juga lebih mengintensifkan lagi edukasi soal pemberantasan sarang nyamuk. Untuk nyamuk penyebab demam berdarah adalah nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini sangat suka tinggal di tempat yang jernih.
"Ini kewaspadaan untuk seluruh masyarakat di Kabupaten Kediri, untuk meningkatkan PSN dengan 3Mplus," katanya.
Ia menjelaskan, 3Mplus yakni menguras tempat penampungan air. Menutup tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.
Ia juga menambahkan, angka bebas jentik di Kabupaten Kediri masih rendah ketimbang dari pusat. Di Kabupaten Kediri, angka bebas jentiknya adalah 80 persen. Data itu dari hasil evaluasi di akhir 2023. Harusnya, untuk bisa ideal adalah 95 persen.
Sedangkan lokasi persebarannya, Bambang mengatakan hampir merata di Kabupaten Kediri. Namun, terdapat sejumlah temuan kasus yang cukup banyak misalnya di Kecamatan Pare, Badas, serta Plosoklaten. Untuk daerah yang kasus demam berdarah sedikit misalnya Tarokan, Semen, serta Ngasem.
Ia menilai, minimnya kasus demam berdarah tersebut karena komunikasi yang bagus dan kader maupun juru pemantau jentik (Jumantik) sehingga angka bebas jentik di daerah tersebut bagus.
Dirinya berharap di April 2024 ini, kasus demam berdarah bisa lebih ditekan dan tidak ada lagi korban jiwa.
Dinkes Kabupaten Kediri turunkan "Pokjanal" tekan penyebaran DBD
Selasa, 2 April 2024 0:23 WIB