Kediri (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur (Jatim) mengapresiasi capaian penanganan stunting di Kota Kediri yang dinilai sudah bagus.
"Di Kota Kediri hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting sudah bagus yaitu 14,3 persen, lebih rendah dibandingkan Jatim yang 19,2 persen dan nasional 21.6 persen. Namun kami harap di tahun 2023 prevalensi stunting Kota Kediri bisa turun menjadi satu digit saja. Untuk itu setiap kegiatan yang bisa mendorong penurunan stunting akan kami dukung sepenuhnya," kata Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati di Kediri, Jumat.
Ernawati mengatakan stunting disebabkan faktor multidimensi, tidak hanya karena gizi buruk yang dialami ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting, yaitu praktik pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan.
Ia menambahkan strategi percepatan penurunan stunting berdasarkan Peraturan Presiden 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting terdiri dari menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi, memperbaiki pola asuh, meningkatkan kualitas akses mutu pelayanan kesehatan, serta meningkatkan akses air minum dan sanitasi.
Baca juga: Pemkot Kediri kerja sama dengan BKKBN Jawa Timur gelar safari KB
"Strategi ini kami terapkan dengan mulai menghadang dari hulu. Kami entaskan kasus stunting yang sudah ada dan kami cegah kasus stunting baru dengan melakukan pendampingan keluarga-keluarga berisiko stunting, seperti calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-2 tahun," ucapnya.
BKKBN, kata dia, telah menyiapkan tim pendamping keluarga. Satu tim terdiri dari tiga orang yaitu bidan atau tenaga kesehatan, PKK, dan kader KB.
Sementara itu Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Kediri Agus mengatakan pihaknya menggelar temu wicara internalisasi pengasuhan balita guna menurunkan stunting.
Menurutnya, internalisasi adalah program yang lebih memperdalam pengetahuan kader dan masyarakat tentang bagaimana cara memberikan pola asuh yang benar pada 100 HPK.
"Pada internalisasi ini kami menghadirkan narasumber yang kompeten. Ada tiga narasumber yaitu dokter spesialis anak, psikolog, dan TP PKK Kota Kediri. Para narasumber akan memberikan pengetahuan bagaimana cara memberikan ASI yang benar, bagaimana memberikan makanan pendamping ASI yang benar dan sebagainya," ujar Agus .