Surabaya (ANTARA) - Sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) melakukan penelitian soal kontribusi partai politik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di kantor DPD Partai Golkar Surabaya, Kamis.
"Kami banyak bertukar pikiran tentang dinamika politik, tentang sejarah pendirian partai dan juga perannya saat ini, baik di Surabaya, Jawa Timur maupun Pusat," kata Ketua DPD II Partai Golkar Surabaya Arif Fathoni.
Penelitian, kata dia, juga tentang bagaimana upaya Golkar Surabaya meraih pemilih pemula di Pemilu 2024.
"Pilihan Golkar ke Prabowo-Gibran juga tadi sempat menjadi topik hangat diskusi," ujar Toni, panggilan akrabnya.
Kepada para mahasiswa yang hadir, Toni menitipkan ajakan untuk mengawal proses pemilu ini agar bisa berjalan dengan sukses dan transparan.
Menurut dia, ruang politik harus mulai diisi dengan adu ide dan gagasan baik gagasan Capres dan Cawapres yang tertuang dalam visi misi maupun gagasan dan rekam jejak pengabdian sosial caleg selama ini.
Hal itu, lanjut dia, dilakukan agar anak muda sebagai kaum pelopor ini tidak larut dalam politik kebencian, politik adu domba melalui penyebaran konten dan narasi hoaks yang terjadi seperti Pemilu 2019.
"Kenapa kami titipkan pesan itu, karena saat ini sejumlah elit politik yang menjadi kontestan pemilu mulai menebarkan narasi-narasi yang mewakili pesimisme dalam pemilu 2024. Ibarat pertandingan sebagian kaum ini sudah menyerah sebelum bertanding dengan menyebarkan narasi pemilu 2024 pasti curang dan lain sebagainya," ucapnya.
Toni mengatakan Gibran yang merupakan Calon Wakil Presiden pendamping Calon Presiden Prabowo memang anak kandung Presiden Joko Widodo.
Kalau Gibran mau curang, lanjut dia, maka tidak perlu dia turun keliling masyarakat sebagaimana yang dilakukan akhir-akhir ini.
Dalam sehari ketika hari libur, Gibran turun diberbagai titik, antarkabupaten didatangi agar bisa memenangkan hati masyarakat Indonesia.
Untuk itu, kata Toni, agar rakyat tidak menjadi korban dari propaganda kaum yang pesimis ini, ia berharap mahasiswa bisa menjadi sukarelawan untuk pemilu bersih.
Caranya bisa menggunakan gawainya merekam peristiwa yang bisa menurunkan kualitas demokrasi, baik politik uang maupun potensi kecurangan lain, lalu memviralkan melalui akun media sosial dimilikinya.