Jember (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember menyiagakan posko di Desa Badean untuk memantau kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di lereng Pegunungan Argopuro, Kabupaten Jember.
"Petugas melakukan pemantauan secara visual di Pos Badean karena hingga kini lokasi tepatnya terjadi karhutla itu masih belum bisa dipastikan akibat kondisi geografis yang sulit dijangkau," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember Penta Satria saat dikonfirmasi per telepon, Jumat.
Karhutla terjadi di lereng Pegunungan Argopuro pada Kamis (5/10) sore dan titik api terlihat membesar dari sejumlah kawasan kota Jember pada malam hari seperti di Kecamatan Kaliwates.
"BPBD sudah melakukan rapat koordinasi dengan sejumlah pemangku kepentingan pada Kamis (5/10) siang setelah mendapat informasi terkait karhutla di lereng Pegunungan Argopuro," tuturnya.
Beberapa instansi yang hadir dalam rapat koordinasi penanganan karhutla itu BPBD, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Perum Perhutani, PT Perkebunan Nusantara X, XI, dan XII, dan sejumlah perkebunan swasta dan Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP) Kahyangan.
"Kami rapat koordinasi dengan pentahelik tersebut untuk bekerja sama melakukan mitigasi dan penanganan karhutla yang terjadi di Argopuro karena awalnya titik api tersebut terpantau melalui aplikasi 'Sipongi' di kawasan hutan milik Perhutani," katanya.
Sipongi merupakan aplikasi yang dikembangkan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menjadi rujukan utama informasi kebakaran hutan dan lahan.
"Pagi ini kami cek lokasi titik api melalui aplikasi Sipongi sudah bergeser ke hutan lindung yang merupakan kawasan BKSDA Wilayah Jember, sehingga pemantauan dari Pos Badean terus kami lakukan dengan berbagai pihak secara intensif," ujarnya.
Penta menjelaskan bahwa lokasi karhutla tersebut jauh dari kawasan permukiman dan pihaknya terkendala dengan kondisi geografis perbukitan di kawasan lereng Pegunungan Argopuro karena ketika petugas semakin mendekat justru terhalang kabut cukup tebal, sehingga pemantauan secara visual dilakukan di Dusun Karang Pakel, Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari.