Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Jawa Timur menyerahkan sertifikat kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) kepada 72 siswa jenjang SMA/SMK di wilayah setempat bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia di Surabaya, Kamis.
Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai mengatakan sertifikasi kompetensi siswa yang diinisiasi bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) ini untuk memberikan wadah bagi siswa agar mereka ke depan siap menghadapi tantangan berat.
"Sertifikasi yang diperoleh para siswa ini telah bertaraf nasional sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) tahun 2023," kata pria yang juga menjabat Pj Wali Kota Batu itu.
Dinas Pendidikan Jatim berharap dengan sertifikat tersebut siswa usai lulus bisa menunjukkan kualitas dan kompetensinya untuk persaingan di Industri Dunia Usaha Dunia Kerja (IDUKA).
"Kami punya lulusan 4 juta, tapi lowongan kerja hanya 1 juta sekian. Maka butuh kompetensi mandiri, sehingga sertifikat kompetensi yang terafiliasi ini dapat memberi kesempatan kepada siswa agar tidak perlu cemas soal pekerjaan lagi," ujarnya.
Dirjen Vokasi Kemendikbudristek Wartanto mengungkapkan lulusan SMK, SMA dan MA selain memiliki ijazah juga harus punya sertifikat kompetensi sesuai kemampuan yang dimiliki.
Jika berdasarkan data, lulusan SMK rata-rata bekerja dan sebagian melanjutkan ke perguruan tinggi. Sisanya banyak yang masih belum mendapatkan pekerjaan.
"Karena itu sertifikasi kompetensi ini sangat penting untuk masuk IDUKA," ujar Wartanto.
Selain untuk bekerja, sejak setahun terakhir sertifikat kompetensi juga bisa digunakan untuk masuk perguruan tinggi negeri (PTN) melalui program Rekognisi Pendidikan Lampau (RPL) yang diterapkan 26 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia.
Dengan kata lain, sertifikat kompetensi yang dimiliki siswa setara dengan satuan kredit semester (SKS).
"Jadi sertifikat ini sangat strategis. Anak-anak SMK ke depan siap bersaing sesuai kompetensi yang dibutuhkan industri," katanya.
Wartanto juga menyebut adanya sertifikasi juga menyiapkan siswa dalam menghadapi tantangan ke depan yang semakin berat seperti tantangan digitalisasi.
Karena hampir semua bisnis diambil alih digitalisasi, otomatisasi dan otak buatan atau AI.
Sudah terlihat pada perang Rusia dan Ukraina yang menggunakan AI seperti pesawat tanpa awak. Di Jepang dan Belanda sudah ada robot yang sangat menyerupai manusia, ujarnya.
"Indonesia, kalau anak-anak kita tidak disiapkan ke arah ini akan kalah. Jadi sertifikasi siswa ini sangat diperlukan untuk menyiapkan persaingan di IDUKA," katanya.