Madura Raya (ANTARA) - Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan, Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan harus memiliki kecocokan dengan nilai-nilai, tradisi dan kearifan lokal Madura, apabila ingin berkembang dengan baik di Pulau Garam itu.
"Kampus ini didirikan untuk memfasilitasi masyarakat Madura agar memiliki kampus negeri. Jadi, kampus ini harus berkembang di lingkungan Madura yang mayoritas pesantren. Oleh karena itu, UTM harus memiliki kecocokan dengan kearifan lokal Madura," katanya saat mengisi orasi kebangsaan pada acara Dies Natalis Ke-22 UTM Bangkalan di Gedung RP Mohammad Noer setempat, Kamis.
Disamping itu, sambung dia, jika UTM ingin maju maka kampus itu juga harus melindungi dan memfasilitasi masyarakat hingga bisa maju dan berkembang di tanah kelahirannya sendiri.
Mengoptimalkan peran sebagaimana tertuang dalam Tri Dharma perguruan tinggi harus ditingkatkan, sehingga kampus negeri pertama di Pulau Garam bisa menjadi rujukan dan referensi dalam banyak hal bagi masyarakat Madura.
Dalam kesempatan itu Mahfud MD juga menceritakan tentang perubahan perguruan tinggi itu dari sebelumnya Unibang (Universitas Bangkalan) yang kini menjadi UTM (Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan.
Menurut dia, UTM berdiri di Pulau Madura atas keinginan dan persetujuan KH. Abdurrahman Wahid yang pada waktu itu menjabat Presiden RI.
"Saya sampaikan ke Pak Presiden, kalau di Madura ada kampus namanya Unibang, gedungnya masih kalah jauh dengan SMA di Jawa. Meski pada waktu itu memang belum memenuhi syarat secara teknis untuk alih status, tapi Gus Dur tetap mendukung," kata Mahfud.
Permohonan alih status Unibang menjadi UTM diajukan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), lalu Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Awalnya, hasil pengajuan tidak disetujui dengan berbagai alasan.
"Saat tidak disetujui oleh tiga menteri itu, saya menyampaikan bahwa Unibang memang belum memenuhi syarat. Tapi kata Gus Dur kala itu, kalau orang Madura disuruh memenuhi syarat itu ya tidak bisa. Jadi waktu itu Gus Dur langsung meneken Kepresnya," kata Machfud, menjelaskan.
Usai mengisi orasi kebangsaan, Menko Polhukam Mahfud MD selanjutnya meresmikan masjid di kampus itu yang diberi nama KH Abdurrahman Wahid.
Setelah itu, Mahfud selanjutnya menuju ke Masjid Agung Bangkalan menjadi khatib dan melaksanakan shalat Jumat.