Surabaya (ANTARA) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur mencatat adanya adanya kenaikan pada okupansi hotel di daerah wisata di wilayah setempat pada semester pertama di tahun 2023 mencapai 90 persen.
"Tahun lalu okupansi 60-70 persen, sekarang 90 persen. Tinggi sekali sekarang," kata Ketua PHRI Jawa Timur Dwi Cahyono kepada ANTARA, Senin.
Dwi menyebut peningkatan persentase okupansi hotel di Jawa Timur dikarenakan ada faktor, yakni melandainya kondisi kasus COVID-19 dan sejumlah perayaan hari raya umat beragama, salah satunya Idul Adha 1444 Hijriah yang jumlah liburnya ditambah menjadi tiga hari, mulai tanggal 28-30 Juni 2023.
"Kemarin juga ada libur Idul Adha, di akhir bulan Juni. Kalau yang tinggi di daerah wisata itu, pertama Batu, kemudian Malang, Banyuwangi, dan Pasuruan," ujarnya.
Melihat kondisi yang ada, Dwi pun menyatakan PHRI Jawa Timur akan terus berupaya mendorong sisi promosi pariwisata, sehingga jumlah okupansi hotel bisa semakin meningkat.
"Kami selain buat arahan kami buat kegiatan, promosi bersama secara sama-sama dengan pihak hotel dan restoran. Mencarikan solusi juga, seperti paket wisata," ucapnya.
Sementara, pada daerah non pariwisata angka okupansi hingga akhir semester pertama di tahun 2023 masih cenderung tak mengalami perubahan.
"Di daerah non-destinasi landai, okupansi sekitar 30-40 persen," katanya.
Sedangkan khusus untuk Kota Surabaya tingkat okupansi sebesar 50 persen. Jumlah itu tak mengalami perubahan pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Dwi menyebut Surabaya sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Timur lebih berkutat sebagai basis kegiatan meeting, incentive, conference, and exhibition atau MICE.
Alhasil, ketika memasuki momen libur nasional kegiatan tersebut cenderung menurun dan mayoritas warga di kota setempat cenderung memanfaatkan waktu menjalankan masa liburan menuju daerah pariwisata.
"Jadi, kalau pas liburan orang Surabaya malah pergi kemana-mana. Kalau sekarang ini 50 persen, rata-rata di Surabaya," tutur dia.