Surabaya (ANTARA) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mendampingi 25 masyarakat Agats, Asmat, Papua Selatan membuat kapal jenis fiber "long boat" bernama Kapal Bangkits Cendrawasih yang diluncurkan Menteri Sosial Tri Rismaharini, Kamis (1/6).
Wakil Rektor IV ITS Bambang Pramujati di Surabaya, Jumat, mengatakan pendampingan tersebut tindak lanjut program Kementerian Sosial terkait dengan pengadaan kapal buatan orang Papua.
"Benar-benar terharu dan bangga melihat 27 kapal ('long boat', red.) Bangkits Cendrawasih berlayar di perairan Agats (ibu kota Asmat, Papua Selatan, red.). Sesuatu yang tak pernah terbayangkan oleh saudara-saudara kita di sana, bahwa mereka akan mampu memproduksi sendiri kapal-kapal tersebut," katanya.
Ia mengatakan pembuatan Kapal Bangkits Cendrawasih inisiasi Mensos Risma untuk memudahkan mobilitas warga, memberdayakan masyarakat, mendidik masyarakat lokal. Hal tersebut disambut ITS dengan baik.
"Saya berterima kasih kepada seluruh tim yang terlibat dalam kerja sama ITS dan Kemensos ini. Luar biasa. Terima kasih juga kepada Pak Rektor dan jajaran atas dukungan dan doanya sehingga ITS dapat memberi kebermanfaatan bagi masyarakat, khususnya di bumi Papua," ujarnya.
Selain meluncurkan Kapal Bangkits Cendrawasih, pada momen Hari Lahir Pancasila 2023, Mensos Risma juga meresmikan galangan kapal di Agats, agar para pemuda Asmat yang telah belajar ke ITS dapat meneruskan dan memanfaatkan kemampuan untuk melakukan perawatan dan perbaikan kapal-kapal di tempat itu.
Kepala Departemen Teknik Perkapalan ITS Wasis Dwi Aryawan menjelaskan ada 27 kapal fiber yang berhasil dibuat pemuda Asmat dengan pendampingan dari ITS selama sembilan bulan.
Kapal Bangkits Cendrawasih didesain dengan penggerak mesin tempel yang memiliki kapasitas engine power 1x40 HP dengan pengoperasian manual.
"Pembuatan kapal tersebut 100 persen dibuat oleh warga Asgats, Asmat, kami hanya memberikan kepada sekitar 25 orang untuk membuat kapal yang berbahan fiber," katanya.
Pihaknya juga mengajari warga memperbaiki sendiri kapal mereka jika mengalami kerusakan.
Kapal tersebut, lanjut dia, bermanfaat untuk masyarakat karena kondisi Asmat didominasi rawa.
"Di Asmat, semua di panggung, jalan di panggung, lapangan di panggung. Mereka bergerak dengan kapal, kecuali jika di kota. Misalnya jika mau mengambil sagu mencari ikan, dia berdiri, tapi panjang. Secara turun-temurun bentuknya seperti itu untuk memudahkan mencari ikan dan sagu di sungai," ujarnya.
Ia berharap, pelatihan dan pendampingan yang diberikan ITS dapat diaplikasikan sehingga dapat bermanfaat bagi kemajuan Papua pada masa mendatang.(*)