Surabaya (ANTARA) - Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mendorong seluruh pelaku usaha berani mengambil jalur ekspor produk olahannya masing-masing untuk meraup keuntungan di pasar internasional, sekaligus membantu perkembangan industri dalam negeri.
"Kami harus agresif membuka peluang pasar baru di luar negeri, menumbuhkan investasi, dan melebarkan cakupan pasar domestik. Dengan begitu, semua produk-produk lokal kita bisa naik kelas," kata Busrul melalui keterangan resmi yang diterima di Surabaya, Selasa.
Selain keuntungan berupa omzet usaha, jalur ekspor dinilainya juga berdampak pada peningkatan nama produk hingga ketersediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Oleh karenanya, Bank Jatim terus berupaya hadir melakukan beragam pendampingan modal untuk membantu berjalannya proses ekspor produk milik pelaku usah di Jawa Timur.
Bank plat merah itu juga menyediakan fasilitas transaksi remittance, Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN), serta Letter of Credit (L/C) untuk nasabah yang akan ekspor.
"Pasti kami akan dorong mereka untuk menjajaki pasar luar negeri karena dampaknya besar terhadap perekonomian," ujar dia.
Di sisi lain, Busrul mengaku saat ini pihaknya juga berupaya melakukan pendampingan "desa pendulum devisa" sehingga komoditas yang dihasilkan dapat memenuhi kualitas serta kuantitas yang sesuai standar dan kebutuhan ekspor.
Menurutnya, keberadaan "desa pendulum devisa" menjadi suatu langkah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing komoditas yang dihasilkan suatu wilayah.
"Potensi pasarnya pun juga sangat besar, baik di dalam maupun luar negeri. Jadi ini harus benar-benar dimaksimalkan," ucapnya.
Diketahui, terdapat tiga "desa pendulum devisa" yang telah diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat pembukaan "East Java International Trade Festival" di salah satu mal di Surabaya.
Ketiga desa tersebut, yakni Kampung Coklat Blitar dengan komoditi olahan coklat, Desa Ngindeng, Kabupaten Ponorogo yang dikoordinatori oleh PT Enha Sentosa Indonesia dengan komoditi jahe, dan Desa Trayang, Kabupaten Nganjuk yang dipimpin oleh PT Astana Shoga Asia dengan komoditi jahe.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi langkah seluruh pihak yang telah berkontribusi pada pergerakan roda perekonomian masyarakat.
"Terima kasih karena dengan kegotongroyongan kami semua, maka bisa terlahir desa devisa dan pendulum desa devisa," ujarnya.
Khofifah berharap pelaku usaha yang bergabung dengan "desa pendulum devisa" bisa mengembangkan tingkatan bisnisnya.
"Nanti mereka yang masuk dalam desa devisa ini bisa berkembang jadi eksportir tentunya akan memberikan manfaat yang lebih besar lagi terhadap perekonomian. Kami akan terus mendorong agar ekspor Jawa Timur bisa semakin menggeliat lagi," kata Khofifah.