Surabaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Surabaya berkomitmen menanggulangi penyakit Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dengan menyediakan layanan pengobatan TBC gratis di rumah sakit dan puskesmas.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Rabu, mengatakan untuk kasus TBC dengan kondisi tanpa penyakit penyerta, dapat difasilitasi dengan BPJS Kesehatan dan dirujuk ke Puskesmas ketika kondisinya sudah stabil.
"Sedangkan kasus TBC dengan kondisi khusus (memiliki penyakit penyerta), akan tetap difasilitasi di rumah sakit dengan dukungan BPJS," kata Nanik.
Dia memastikan, Dinkes Surabaya akan terus melakukan berbagai upaya dalam proses eliminasi TBC di Kota Pahlawan di antaranya memastikan ketersediaan logistik TBC untuk mendukung penegakan diagnosis dan pengobatan.
"Selain itu, kami juga mengoptimalisasi alat tes cepat molekuler (TCM) dan menambah 19 alat TCM dengan 4 modul di Kota Surabaya, dan optimalisasi SITRUST (Sistem Informasi Treking untuk Spesimen Transport) dalam pengiriman sampel terduga TBC," katanya.
Baca juga: Komisi D minta Dinkes Surabaya serius tangani kasus TBC
Tak hanya itu, upaya eliminasi TBC juga dilakukan dengan cara mengoptimalkan pelaporan Wifi-TB untuk dokter praktik mandiri dalam penemuan terduga TBC. Juga, menguatkan jejaring internal TBC dengan melibatkan peran lintas poli/ruangan dalam upaya penjaringan terduga TBC dan penemuan kasus TBC di RS.
"Kami juga mengoptimalkan kolaborasi TBC KIA dengan fasilitasi pemeriksaan mantoux test," ujarnya.
Selain itu, beberapa cara lain juga dilakukan Dinkes Surabaya dalam upaya eliminasi TBC di Kota Pahlawan seperti di antaranya memberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi kontak erat pasien TBC serta monitoring capaian terduga TBC di Fasyankes setiap bulan.
Kemudian, melibatkan forum multi sektor dalam kegiatan Public Private Mix (PPM) TBC serta meningkatkan kapasitas bagi tenaga kesehatan di Puskesmas, RS dan Dewan Pertimbangan Medik (DPM).
Selain itu, upaya lain yang dilakukan adalah melaksanakan Passive Case Finding dengan melakukan skrining TBC pada kelompok risiko tinggi, seperti pasien HIV, Diabetes Melitus (DM), anak (khususnya gizi buruk), ISPA/Pneumonia, Covid-19, dan Calon Jamaah Haji (CJH).
Nanik menyatakan, pihaknya juga melaksanakan Active Case Finding dengan melibatkan lintas sektor dalam upaya eliminasi TBC di Kota Surabaya.
Baca juga: 2,3 persen anak-anak Surabaya terkena diabetes melitus
Termasuk pula melaksanakan penyuluhan di masyarakat dengan melibatkan puskesmas, lintas sektor, Satgas TBC dan Kader Surabaya Hebat (KSH) serta melakukan pelacakan pada pasien TBC yang mangkir oleh puskesmas, Satgas TBC, dan KSH untuk memotivasi agar kembali melakukan pengobatan.
"Melaksanakan kegiatan investigasi kontak (skrining kontak erat pasien TBC) melalui gerakan Cak dan Ning 1-20 oleh Satgas TBC. Serta melaksanakan pendampingan Pasien TBC oleh Satgas TBC untuk mencegah terjadinya mangkir/drop out selama pengobatan," katanya.
Nanik mengungkapkan, keberhasilan pengobatan pasien TBC di Surabaya pada Triwulan I 2023 sudah mencapai 92 persen dari target Nasional 90 persen. Jumlah kasus TBC tersebut, sebagian besar terdapat pada kelompok usia produktif, yakni 45 sampai 54 tahun dengan didominasi jenis kelamin laki-laki.
"Hal ini dikarenakan pada kelompok usia dan jenis kelamin tersebut merupakan pekerja dengan mobilitas yang tinggi dan mempunyai kebiasaan/pola hidup sebagai perokok aktif," ucapnya.
Untuk itu, Nanik mengimbau masyarakat agar dapat mewaspadai ciri-ciri penyakit TBC di antaranya batuk, demam berkepanjangan, nyeri dada dan sesak nafas. Kemudian ciri lain adalah nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan berkeringat pada malam hari tanpa melakukan kegiatan.
Nanik memastikan, Dinkes Surabaya akan terus memperluas jangkauan skrining. Ini dilakukan agar dapat mempercepat proses pengobatan dengan melakukan deteksi dini mulai dari investigasi kontak erat dan kontak serumah oleh Puskesmas dan Satgas TBC.
"Survei TBC oleh KSH di Aplikasi Sayang Warga. Serta pasien HIV, DM, balita stunting dan calon jamaah haji juga dilakukan skrining TBC," ujarnya.*