Surabaya (ANTARA) - Pemerintah Kota Surabaya bersinergi dengan Forum Zakat (FOZ) Jawa Timur untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran di Kota Pahlawan.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa pemerintah kota membutuhkan dukungan dari semua pihak untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.
"Dengan hadirnya FOZ Jatim, saya yakin bisa menambah kekuatan dalam menyelesaikan kemiskinan dan pengangguran di Surabaya," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers pemerintah kota di Surabaya, Selasa.
Ia mengatakan bahwa pemerintah kota tidak hanya mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam menjalankan program-program penanggulangan kemiskinan, tetapi juga mendapat dukungan pendanaan dari badan amal seperti Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
"Di Surabaya, ASN kami gerakkan hatinya, sehingga mereka bayar zakat di awal bulan 2,5 persen bagi yang Islam...," kata Wali Kota, yang pada Senin (27/2) bertemu dengan pengurus FOZ Jawa Timur di Balai Kota Surabaya.
"Zakat itu yang digunakan kembali untuk menyelesaikan kemiskinan, pengangguran dan macam-macam," kata dia.
BAZNAS juga menggunakan dana zakat untuk mendukung pelaksanaan program pendidikan dan penanganan masalah sosial yang lain, seperti memperbaiki rumah tidak layak huni serta membangun jamban untuk warga kurang mampu.
Wali Kota menyatakan bahwa Pemerintah Kota Surabaya siap bekerja sama dengan FOZ untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran, termasuk berbagi data warga miskin dengan FOZ.
"Harapan saya FOZ Jatim bisa nyambung dengan pemerintah kota, sehingga ada persamaan data dan ke depannya (berbagai persoalan) bisa terjawab," kata dia.
Sementara itu, Ketua FOZ Jawa Timur Kholaf Hibatulloh menyampaikan bahwa ada 61 lembaga zakat yang tergabung dalam FOZ Jawa Timur dan 33 di antaranya ada di Kota Surabaya.
Kholaf mengatakan bahwa lembaga zakat yang tergabung dalam FOZ Jawa Timur bergerak di sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, dakwah, lingkungan, dan sosial kemanusiaan.
FOZ Jawa Timur siap mendukung upaya Pemerintah Kota Surabaya mengatasi kemiskinan, termasuk membantu warga kurang mampu memiliki rumah layak huni.
"Layak huni tentu tidak hanya fisiknya, tetapi juga bagaimana orang di dalamnya. Sehingga program ini (diharapkan) bisa berkelanjutan untuk kami kolaborasikan," kata Kholaf.