Gresik (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Sarmuji optimis keberadaan Smelter Manyar Freeport Indonesia dapat memberi manfaat ekonomi bagi Jawa Timur.
"Keberadaan smelter akan menarik investor baru, terutama di sektor hilir yang memanfaatkan katoda tembaga, yang mendukung kemajuan Gresik dan Jawa Timur semakin kuat," kata Sarmuji di sela kunjungan Komisi VI DPR ke proyek pembangunan smelter Manyar di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, Jumat.
Sarmuji menyatakan setelah melihat proyek tersebut, pihaknya yakin bahwa pengerjaan smelter akan selesai tepat waktu, meski sempat ada penundaan karena pandemi COVID-19.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyatakan kemajuan pembangunan smelter Manyar tidak terlepas dari dukungan seluruh pemangku kepentingan, termasuk DPR RI sebagai mitra strategis yang selalu memberi masukan dan pengawasan terhadap kemajuan pembangunan smelter.
"Masyarakat dan para pelaku usaha lokal senantiasa menjadi pemangku kepentingan yang kami rangkul untuk memenuhi berbagai kebutuhan operasional pembangunan smelter sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi Jawa Timur," katanya.
Tony mengungkapkan, saat ini, pembangunan smelter Manyar telah mencapai 54,5 persen atau lebih cepat dari target sebesar 52,9 persen yang telah pemerintah setujui.
Sesuai rencana, PTFI akan menyelesaikan konstruksi smelter tembaga dengan desain single-line terbesar di dunia ini pada akhir Desember 2023 dan memulai kegiatan operasionalnya pada akhir Mei 2024 hingga mencapai operasi penuh pada akhir Desember 2024.
"Dalam pembangunan smelter Manyar, PTFI memprioritaskan perekrutan tenaga kerja lokal Jawa Timur, khususnya masyarakat Gresik," katanya.
Selain itu, PTFI juga memprioritaskan pemanfaatan potensi daerah untuk memenuhi berbagai kebutuhan operasional pembangunan smelter, termasuk konsumsi, transportasi, dan seragam karyawan, hingga office supply.
Lebih lanjut, PTFI telah menanamkan investasi hingga 1,78 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp27 triliun dari total tiga miliar dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp45 triliun.