Surabaya (ANTARA) - UPTD Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Kota Surabaya, Jatim, mengurangi sampah sisa makanan ratusan penghuni pondok tersebut dengan mengembangkan budi daya maggot dan ikan lele.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Liponsos Keputih Surabaya Imam Muhaji di Surabaya, Jumat, mengatakan setiap hari pihaknya menyiapkan makanan untuk ratusan penghuni Liponsos Keputih.
Ratusan penghuni yang terdiri atas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), gelandangan hingga pengemis ini mendapat makan tiga kali sehari.
"Sisa makanan itu kan banyak, selama ini kami buang, kadang ada yang diambil orang. Nah, dengan adanya budi daya maggot, sisa sampah organik, sisa makanan, kulit buah dan lain-lain dimanfaatkan untuk maggot," kata Imam.
Menurut dia, budi daya maggot ini untuk menjawab terkait keberadaan sampah dari sisa makanan para penghuni Liponsos yang mencapai sekitar 700 orang.
Dia menjelaskan budi daya maggot di Liponsos Keputih dilakukan sejak Agustus 2022. Awalnya, telur maggot itu diambil dari budi daya milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya yang berada di Kebun Bibit Wonorejo.
"Dari sana kami tetaskan di sini, kami siapkan medianya. Dari telur jadi maggot kecil, sedang hingga besar. Dari besar ini, kami tetaskan menjadi kepompong yang nanti menjadi black soldier fly (BSF) atau lalat hitam. Itu nanti akan bertelur dan siklus ini akan berulang terus," kata Imam.
Untuk saat ini, kata Imam, hasil budi daya maggot digunakan pakan ikan lele yang ada di Liponsos Keputih. Maggot yang belum siap untuk menjadi kepompong atau lalat itulah yang digunakan sebagai pakan ikan lele.
"Harapannya kami bisa mengurangi sampah. Yang kedua juga ada nilai ekonomisnya, yang mana kami bisa memberikan pakan lele dan otomatis sampah-sampah itu juga tidak sembarangan terbuang," ujar Imam.
Imam menjelaskan dalam sehari sampah yang dihasilkan dari ratusan penghuni Liponsos Keputih bisa mencapai 20 kilogram. Sedangkan sampah yang dari sisa makanan mencapai sekitar 7-10 kilogram.
"Jadi, kami kumpulkan sampah dari masing-masing barak dibantu teman-teman klien yang ada sini, nanti diberikan makan (maggot) pagi sama sore. Belum lagi ada sisa-sisa sayuran atau buah yang dari hasil sisa masak itu bisa untuk makan maggot," ujar dia.
Hasil budi daya maggot maupun ikan lele ini, kata Imam, rencananya juga dijual. Tentu saja hasil dari penjualan akan diberikan kepada para penghuni Liponsos yang merawat maggot maupun lele tersebut.
"Yang pasti itu nanti juga menjadi apresiasi kepada teman-teman klien yang selama ini mereka merawat untuk itu (budi daya maggot)," kata Imam.
Salah satu penghuni Liponsos Keputih yang merawat budi daya maggot dan ikan lele adalah Supriyanto. Dia menjelaskan awal dari proses budi daya maggot dan ikan lele tersebut.
"Awalnya kami ambil dari Kebun Bibit Wonorejo, maggot yang kecil-kecil usia sekitar lima hari, kemudian kami kumpulkan sampah-sampah yang ada di dapur dimanfaatkan untuk makan maggot," kata Supriyanto.
Setelah proses kurang lebih 20 hari, maggot itu kemudian dipilah. Untuk maggot yang berwarna kuning inilah yang kemudian digunakan untuk pakan ikan lele. Sementara maggot berwarna hitam kembali dibudidayakan.
"Yang warna kuning dimanfaatkan untuk makanan ikan lele. Selain ikan lele, bisa untuk pakan ayam," ujar dia.
Supriyanto mengaku senang dengan adanya kegiatan budi daya maggot dan lele tersebut, sebab sampah sisa makanan yang selama ini terbuang dapat digunakan untuk pakan budi daya maggot.
"Senang, karena bisa mengumpulkan sampah-sampah yang tadinya terbengkalai bisa dimanfaatkan untuk budi daya maggot. Kebetulan banyak sampah dari dapur sisa makanan dan sayuran yang mubazir jika tidak dimanfaatkan," katanya.