Situbondo (ANTARA) - Anggota Komisi II DPRD Situbondo Suprapto menyebut Dinas Peternakan dan Perikanan setempat tidak transparan menyajikan data jumlah hewan ternak yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK).
"Sapi yang mati karena PMK itu sudah ribuan, yang sakit sudah puluhan ribu, tapi kenapa data yang dirilis sapi mati akibat PMK hanya enam ekor," kata Suprapto di Situbondo, Jawa Timur, Kamis.
Menurut ia, sudah ada ribuan sapi milik peternak yang mati, namun data yang dirilis pada 12 Juli 2022 oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Situbondo menyebutkan kematian sapi akibat PMK hanya 6 ekor dan sapi yang sakit sebanyak 3.131 ekor. Sedangkan total kasus PMK mencapai 3.414 ekor.
Oleh karena itu, Suprapto meminta Disnakkan Situbondo memberikan data yang valid dan tidak hanya ingin terlihat baik, sementara fakta yang terjadi di lapangan terkesan ditutupi. Hal ini merugikan peternak dan bahkan berpotensi melahirkan konflik antara peternak dan pemerintah setempat karena ketidaksesuaian data.
"Disnakkan menutupi fakta supaya dianggap berhasil. Padahal kalau untuk serius mengatasi wabah PMK ini harus dengan data valid agar tidak memunculkan konflik di tengah masyarakat peternak," katanya.
Suprapto mencontohkan beberapa hari yang lalu di Dusun Pariyaan, Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, ada 10 ekor sapi yang mati dalam waktu hampir bersamaan. Di Dusun Paras dan Dusun Pathek Timur, Desa Duwet (Kecamatan Panarukan), terdata 12 ekor sapi mati karena wabah PMK.
"Ini terjadi pada tiga RT, di Desa Sumberkolak dan Desa Duwet. Belum lagi desa yang lain. Situbondo ada 132 desa dan 4 kelurahan dengan ribuan dusun," ujarnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Situbondo, Holil membantah jika ada ribuan hewan ternak yang mati akibat penyakit mulut dan kuku atau PMK.
"Kalau ada ribuan ternak yang mati akibat PMK sama sekali tidak benar. Se-Jatim saja hanya ada 0,4 persen yang mati dari populasi ternak," ucapnya.
Holil menjelaskan data yang dirilis per 12 Juli 2022 dan tercatat 6 ekor sapi yang mati akibat PMK merupakan ternak sapi mati yang sudah dilakukan autopsi oleh dokter hewan.
"Jadi, data jumlah 6 ekor sapi yang mati itu adalah sapi yang sudah diautopsi. Kami juga mohon maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan data yang kami sajikan karena memang dokter hewan kami terbatas," tuturnya.
Ia menambahkan selama ini sebagian besar peternak tidak melaporkan jika hewan ternaknya (sapi, kambing/domba) mati akibat PMK. Peternak memilih langsung mengubur ternaknya yang mati.
"Kami juga kesulitan memperoleh data sapi yang mati akibat PMK karena banyak peternak tidak melaporkan sapi atau kambing/domba milik mereka yang mati dan langsung dikubur," tuturnya.