Madiun (ANTARA) - Petani tomat di Desa Kebonsari, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merugi akibat kondisi anomali cuaca pada musim kemarau yang melanda saat ini.
Petani tomat setempat, Jaenuri, mengatakan kondisi cuaca di Madiun yang tidak menentu selama beberapa bulan terakhir telah membuat tomat yang ditanamnya rusak.
"Tanaman tomat saya banyak yang rusak. Baik daun, akar, dan buahnya terserang hama ulat dan virus," ujar Jaenuri di Madiun, Senin.
Menurut dia, kondisi curah hujan yang masih tinggi meski sudah masuk musim kemarau saat ini membuat tanaman tomatnya yang siap panen mudah terserang hama dan membusuk.
Kondisi cuaca yang panas, berangin, hujan di tengah kemarau, dan fluktuasi suhu yang ekstrem antara siang dan malam membuat tanaman tomat tidak tumbuh maksimal dan mudah terserang hama serta penyakit.
"Akibatnya petani mengalami kerugian hingga jutaan rupiah karena hasil panen merosot drastis," kata dia lanjut.
Padahal harga tomat di pasaran saat ini sedang bagus yakni di kisaran Rp14.000 hingga Rp15.000 per kilogram. Namun, pihak petani tomat serta hortikultura lainnya merugi karena banyak tanaman yang tidak dapat dipanen karena rusak.
Jaenuri menjelaskan, dari 1.000 benih yang ditanamnya, pada saat normal bisa menghasilkan hingga 3 kuintal tomat saat panen. Namun, karena anomali cuaca ia hanya bisa memanen 1 kuintal saja.
Para petani mengaku sudah melakukan penyemprotan hama untuk membasmi hama ulat. Namun, hasilnya tetap nihil.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Madiun Supriyadi mengatakan tanaman hortikultura memang sangat berdampak pada anomali cuaca atau kemarau basah yang terjadi saat ini.
Anomali cuaca membuat tanaman menjadi stres dan mudah terserang hama serta penyakit. Hal itu, karena tanaman terganggu fungsi fisiologinya mulai dari penyerapan unsur hara, metabolisme, dan sistem fotosintesisnya.
Selain itu, anomali cuaca juga berdampak pada percepatan pertumbuhan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT). Karena itu, ia meminta kepada petani untuk mewaspadai timbulnya OPT pada musim tanam kali ini.
"Dampak anomali cuaca pada komoditas hortikultura utamanya cabai dan tomat adalah banyaknya serangan OPT dan muncul jenis OPT yang baru. Yang sebelumnya belum ada, begitu anomali cuaca, maka muncul OPT yang baru. OPT ini pada dasarnya menyerang daun dan buah," kata Supriyadi.
Guna membantu petani mengantisipasi serangan OPT saat anomali cuaca pada tanaman hortikultura, pihaknya telah meminta penyuluh lapangan untuk melakukan pendampingan. Hal itu karena tanaman hortikultura sangat lemah terhadap perubahan iklim yang ekstrem.
Petani tomat di Madiun merugi terdampak anomali cuaca
Senin, 20 Juni 2022 20:11 WIB