Madiun (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun mencatat kenaikan harga cabai rawit menjadi salah satu pemicu terjadinya inflasi sebesar 0,78 persen di wilayah tersebut pada bulan Maret tahun 2022.
Kepala BPS Kota Madiun Dwi Yuhenny, dalam jumpa pers secara virtual di Kota Madiun, Jumat, mengatakan bahwa dari 10 komoditas penyumbang terbesar inflasi, kenaikan harga cabai rawit memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen.
"Dari 11 kelompok pengeluaran, tingkat inflasi tertinggi berada di kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 2,09 persen. Pemicu inflasi yang pertama adalah kenaikan harga cabai rawit sebesar 0,08 persen," ujar Henny dalam keterangannya di Madiun, Jumat.
Menurut dia, selain naiknya harga cabai rawit, komoditas lain yang menyebabkan terjadinya inflasi 0,78 persen pada Maret 2022 tersebut adalah tempe, telur ayam ras, bahan bakar rumah tangga, daging ayam ras, minyak goreng, bawang merah, nangka muda, pepaya, dan tahu mentah.
"Untuk minyak goreng, jika di bulan Januari-Februari ini merupakan pemicu deflasi, tapi setelah ada aturan dilepasnya HET, maka minyak goreng kembali menjadi komoditas pemicu inflasi dengan andil sebesar 0,04 persen," kata dia.
Sementara itu, sejumlah komoditas yang tercatat menghambat inflasi adalah penurunan harga tomat, jeruk, pasir, kacang panjang, semangka, biskuit, wortel, semen, pisang, dan ikan.
Dwi Yuhenny menambahkan, angka inflasi Kota Madiun pada Maret 2022 sebesar 0,78 persen itu lebih tinggi dibanding inflasi Jawa Timur yang mencapai 0,71 persen dan inflasi nasional 0,66 persen.
Pihaknya menilai, tingginya inflasi di Kota Madiun tersebut menunjukkan daya beli masyarakat yang cukup tinggi. Artinya bahwa pemkot bisa mengendalikan kasus COVID-19 sehingga masyarakat sehat. Dengan demikian berdampak pada perekonomian yang turut bergerak.
"Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh permintaan atau "demand" yang tinggi, sementara suplai atau pasokan barangnya stabil," kata dia.
Pada Maret 2022, dari delapan kabupaten/kota penghitung inflasi di Jawa Timur, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumenep 1,09 persen, kemudian Jember 1,07 persen, Banyuwangi 0,92 persen, Madiun 0,78 persen. Disusul Probolinggo 0,72 persen, Surabaya 0,70 persen, Malang 0,63 persen, dan Kediri 0,43 persen.