Madiun, Jawa Timur (ANTARA) - Sejumlah sekolah tingkat SMP sederajat di Kota Madiun, Jawa Timur, menjalani penilaian tahap kedua untuk program Sekolah Peduli Inflasi (SPI), yang merupakan kerja sama Pemkot Madiun dengan Bank Indonesia (BI).
Tim juri dari Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri Nur Fitriyah di Madiun, Jatim, Selasa, mengatakan penilaian tahap dua ini fokus pada fase pertumbuhan generatif tanaman sebagai indikator utama kesiapan menuju tahapan akhir.
"Beberapa tanaman seperti cabai rawit, cabai besar, dan tomat telah memasuki fase generatif. Populasi tanaman cukup seragam dan minim serangan hama," ujar Fitriyah.
Sejumlah sekolah yang menjalani penilaian antara lain SMPN 11, SMPN 10, SMP Progresif Al Mardliyah, MTs Al Mujaddadiyah, MTsN Kota, SMP Prof Hamka, SMP Mitra Harapan, SMPN 7, SMPN 5, SMP PSM, dan SMPIT Bakti Ibu.
Ia menilai sebagian besar sekolah telah menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan.
Meski demikian, timnya juga mencatat adanya tantangan terkait jarak tanam yang masih terlalu rapat di beberapa lokasi.
Fitriyah menegaskan pentingnya pengaturan ulang agar tanaman bisa tumbuh lebih optimal.
Dirinya juga menyoroti pentingnya pemberian nutrisi yang tepat di masa menjelang panen untuk mencegah kerontokan daun dan mempercepat produktivitas.
Namun, tidak semua sekolah berada dalam posisi yang sama. Masih terdapat beberapa sekolah yang belum memasuki fase generatif akibat pertumbuhan tanaman yang lambat.
"Masih ada waktu untuk mengejar ketertinggalan, asalkan pola perawatan segera ditingkatkan," katanya.
Koordinator SPI dari SMPN 11 Madiun Susi Ratnawati menyampaikan bahwa para siswa sangat antusias mengikuti program tersebut.
Mereka tidak hanya terlibat dalam proses pembibitan, tetapi juga perawatan tanaman secara menyeluruh.
"Kegiatan ini sangat bermanfaat. Siswa bisa belajar langsung tentang proses pertumbuhan tanaman, sekaligus memahami pentingnya ketahanan pangan dalam menghadapi inflasi," kata Susi.
Program SPI merupakan program yang digagas oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan pemda.
Di Kota Madiun, SPI dimulai pada April 2025 yang peluncurannya dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri bersama Pemkot Madiun dengan menyasar sebanyak 28 SMP/MTs.
SPI memadukan dua aspek yakni partisipasi aktif dan edukasi siswa dengan tujuan untuk mendorong pengendalian inflasi dari sisi bahan komoditas pangan, salah satunya dengan budi daya urban farming.
SPI juga merupakan bentuk nyata literasi ekonomi yang menanamkan nilai kepedulian terhadap harga pangan sejak dini.
Melalui program tersebut, dibagikan bibit sejumlah komoditas strategis yang sering memengaruhi inflasi tingkat lokal di antaranya cabai merah, cabai rawit, tomat, cabai rawit hijau, terong ungu, dan sawi hijau.
Program SPI ditargetkan selesai pada Agustus 2025.