Surabaya (ANTARA) - Sepuluh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya belajar ecotourism hingga halal food di Taiwan setelah lolos program International Credit Transfer (ICT) yang diluncurkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Kepala Kantor Urusan Internasional dan Kerja sama (KUIK) UM Surabaya Pramudana Ihsan melalui keterangannya, Kamis mengatakan mahasiswa yang lolos program ICT Asia University Taiwan adalah Sudarmi Mauboi (Prodi PG PAUD), Nurul Afifah (PG PAUD), Qanita Maulana Fitri (Prodi Bahasa Inggris), Ahmad Vawaid Sulthon (Prodi Bahasa Inggris), Anisa Dewi (Prodi Akuntansi).
Kemudian Danisa Nanda Pratiwi (Perbankan Syariah), Prasista Maolana (Prodi Hukum) dan Miftakhul Jannah (Prodi Arsitektur) sementara Stefiany Agung Purwonegoro (Prodi Managemen), Dimas Sholahudin Khais (Prodi Teknik Perkapalan) lolos program Universiti Teknologi Petronas Malaysia.
"Untuk bisa lolos program ICT mahasiswa harus melalui seleksi yang cukup ketat," katanya.
Program ICT ini, lanjut Pram, bisa diikuti mulai dari mahasiswa tingkat Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2) yang berkewarganegaraan Indonesia sekaligus terdaftar aktif di perguruan tinggi.
"Memiliki skor TOEFL minimal 450 atau IELTS minimal 5.00 atau sertifikat kemampuan bahasa inggris dan bahasa asing lainnnya yang setara," ujar Pram
Pram menambahkan bahwa program ICT ini dilakukan secara daring dan mahasiswa yang lolos diberikan biaya secara penuh.
"Beruntung mahasiswa yang lolos dibiayai penuh, mulai dari biaya penunjang pendidikan, biaya hidup, biaya pendidikan berupa biaya registrasi, biaya cetak sertifikat, transkrip akademik, biaya perpustakaan hingga pembelian buku atau akses jurnal," ujarnya.
Pram yakin program yang digagas Kemendikbudristek ini akan meningkatkan hard skills dan soft skills sekaligus perluasan jejaring dan kerja sama internasional.
Sementara itu Danisa Nanda yang mengikuti mata kuliah transfer credit Ecotourism, Bussinese and Social Ethics, dan Investment and Asset Priccing menyampaikan rasa senangnya karena bisa mengikuti mata kuliah ecotourism yang dikaitkan dengan halal food.
"Ini sangat menarik bagi saya karena minimnya muslim di Taiwan namun justru negara ini menjadi objek tujuan bagi pendatang muslim untuk melaksanakan studi. Setelah mengikuti perkuliahan saya tahu jika negara Taiwan menyediakan lingkungan yang ramah bagi pendatang, khususnya muslim," katanya.
"Tak hanya itu negara ini juga konsentrasi dalam hal sektor pariwisata yang melibatkan pelaku bisnis dalam memenuhi kebutuhan wisata muslim," ujar Danisa.
Nurul Afifah mahasiswa yang lolos program ICT juga menyampaikan rasa harunya bisa lolos program yang cukup bergengsi dan belajar di Asia University, Taiwan
“Ada banyak hal menarik yang saya pelajari salah satunya Family Centered Children’s Welfare Service in Taiwan. Secara virtual saya mengunjungi lembaga perlindungan dan pengasuhan anak di Taiwan melalui akses ke website-website lembaga pengasuhan. Saya juga berkesempatan menyaksikan festival anak yang dilaksanakan di kota Taichung Taiwan untuk mengetahui kesejahteraan anak-anak di sana," ujarnya. (*)