Situbondo (ANTARA) - Menjadi seorang ajudan bupati tentu bukanlah tugas mudah. Karena, kemanapun bupati pergi, sang ajudan mempunyai kewajiban dan tanggung jawab mendampingi serta memberikan pengawalan tiap kunjungan kerja, termasuk bertemu rakyat.
Seperti yang dilakukan Bripda Edho Bagus Himawan (24), anggota Polres Situbondo. Edho, sapaannya, merupakan anggota polisi pertama yang dipilih dan menjadi seorang ajudan Bupati Situbondo Karna Suswandi. Memang, sepanjang sejarang di Situbondo, baru kali ini seorang bupati mengusulkan ajudan dari kepolisian.
Ia tidak pernah menyangka akan ditunjuk menjadi ajudan Bung Karna, sapaan Bupati Situbondo Karna Suswandi. Sebab, selama ini, di "Kota Santri Pancasila" itu belum pernah ada anggota Polri menjadi ajudan kepala daerah.
Namun demikian, Bripda Edho tampak sudah terlatih menjadi pengawal. Karena, selama pelaksanaan Pilkada Situbondo, ia sudah ditunjuk menjadi pengawal pribadi pasangan Cabup-Cawabup Karna Suswandi-Nyai Hj. Khoirani, kala itu.
"Menjadi seorang ajudan bupati memiliki tantangan tersendiri. Terlebih menjadi orang kepercayaan seorang kepala daerah bukan hal yang mudah. Saya harus melayani, sekaligus mengawal bupati dengan sepenuh hati kemanapun bupati kunjungan kerja dan bertemu langsung dengan rakyatnya," kata Edho.
Pria lajang asal Desa/Kecamatan Arjasa, Situbondo, dan kelahiran Ngawi, 3 September 1995, ini mengaku, mendampingi dan mengawal seorang bupati adalah pekerjaan mulia.
Karena menjadi pengalaman baru, terlebih saat mengawal bupati bertemu rakyatnya, dan mendengar aspirasi masyarakat langsung di pelosok desa.
Di masa pandemi ini, seorang ajudan memiliki peran penting untuk menjaga dan mengawal bupati selama melaksanakan aktivitas kunjungan kerja, bertemu rakyat, menyalurkan bantuan sosial, ataupun memberikan izin bertemu bagi tamu bupati di pendopo.
Mengawal seorang bupati yang merakyat dan kerap turun langsung ketika rakyatnya membutuhkan, perlu tenaga ekstra. Apalagi, Bung Karna kerap melaksanakan kunjungan kerja di luar jadwal. Namun, bukan berarti menggagalkan jadwal yang sudah ditentukan.
"Sebagai ajudan saya harus bisa mengatur jadwal bupati. Tapi, tetap mempertimbangkan kesehatan dan kesibukan bupati di masa pandemi," ujar Edho.
Edho mencontohkan beberapa waktu lalu Bupati Karna Suswandi menyempatkan diri berkunjung ke rumah warganya di pegunungan, setelah mendapat informasi seorang janda lansia tinggal satu atap dengan ternak kambingnya.
"Padahal, di waktu hampir bersamaan juga ada kegiatan peresmian jembatan yang juga ditunggu rakyatnya. Tapi beliau menyempatkan diri berkunjung ke rumah warga yang tinggal serumah dengan ternak kambingnya, yang lokasinya jauh di pegunungan," tuturnya.
Dengan menjadi ajudan kepala daerah, pria dua bersaudara ini mengaku memperoleh pengalaman yang belum pernah dijalaninya. Salah satunya mengenal bermacam-macam karakter orang, ketika tamu-tamu yang hendak bertemu dengan bupati.
Edho mengagumi sosok Bupati Karna Suswandi yang sangat memperhatikan orang-orang di sekelilingnya termasuk dirinya.
"Hal sekecil apapun selalu mendapat perhatian bupati. Contohnya, saat bupati makan, maka semua disekitar bupati harus ikut makan bersama. Bupati marah kalau saya tidak ikut makan pada saat makan. Jadi semuanya termasuk saya, juga harus makan bersama," katanya.
Ada yang menarik perhatian publik dari sosok ajudan Bupati Karna Suswandi. Bukan hanya selalu siaga mendampingi dan mengawal Bung Karna. Bripda Edho Bagus Himawan yang mempunyai paras dan wajah tampan ini, juga menjadi incaran kaum hawa yang mengidolakannya.
Seperti yang terjadi ketika usai pelaksanaan upacara peringatan HUT Ke-76 Kemerdekaan RI misalnya, Bripda Edho menjadi incaran sejumlah anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka).
Sejumlah anggota Paskibraka itu berebut untuk foto bersama dengan ajudan bupati tersebut, di Pendopo Kabupaten Situbondo. Tak sedikit para kaum hawa kegirangan setelah berhasil foto bersama dengan ajudan yang murah senyum itu.
Bripda Edho memang sosok yang murah senyum, wajah tampan, ramah. Tapi, ia tegas ketika situasi mendesak. Misalnya, ketika ada tamu bupati yang memaksa bertemu, sementara kondisi bupati tidak memungkinkan.