Madiun (ANTARA) - Kasus konfirmasi COVID-19 di Kota Madiun, Jawa Timur terus melonjak selama bulan Juni hingga pertengahan Juli 2021.
Secara total kasus COVID-19 di Kota Madiun hingga Senin (19/7) mencapai 4.590 orang. Dari jumlah itu, sebanyak 3.492 orang di antaranya telah sembuh, 814 orang masih dalam pemantauan, dan 284 orang meninggal dunia.
Tak hanya kasus harian yang masih bertambah tinggi, kasus meninggal juga banyak terjadi. Bahkan, pada hari Senin (19/7) tercatat kasus kematian mencapai rekor dengan 21 orang.
"Jumlah kematian selama Juli saja, tanggal 1-19 sudah mencapai 162 orang. Total ada 284 pasien COVID-19 Kota Madiun meninggal dunia," ujar Wali Kota Madiun Maidi saat menggelar konferensi pers bersama Forkopima setempat terkait penanganan COVID-19 di Balai Kota Madiun.
Karena itu, Wali Kota Madiun bersama Forkopimda mengambil langkah cepat untuk mengatasi masalah tersebut. Bersama dengan para pemangku kepentingan lainnya, Pemkot Madiun bekerja keras menanggulangi kasus COVID-19 selama masa PPKM darurat agar dapat terkendali.
Terdapat sejumlah kebijakan penting yang diambil dalam menindaklanjuti SE Menteri Dalam Negeri Nomor 440/3929/SJ tanggal 18 Juli 2021 soal penertiban PPKM darurat dan percepatan vaksinasi.
Yakni, penambahan ruang isolasi untuk menekan bed occupancy rate (BOR). Menurut Wali Kota Maidi BOR di Kota Madiun saat ini (19/7/2021) mencapai 82 persen. Artinya, butuh penambahan untuk mengantisipasi lonjakan kasus.
Karenanya, Wali Kota berencana menjadikan Asrama Haji Kota Madiun yang selama ini menjadi tempat isolasi pasien COVID-19 gejala ringan diubah menjadi Rumah Sakit Lapangan (RSL). Saat ini, fasilitas tersebut sedang disiapkan sejumlah fasilitasnya agar dapat segera difungsikan.
"Di Asrama Haji bisa untuk menampung 182 tempat tidur. Saat ini sedang dikerjakan, targetnya satu minggu selesai dan dapat digunakan," kata Maidi.
Sedangkan ruang isolasi akan dipindah ke Rusunawa II, namun khusus untuk isolasi tenaga kesehatan, medis, dan ASN. Pembangunan rusunawa tahap kedua memang telah selesai. Namun, bangunan belum difungsikan. Di sana, lanjut wali kota terdapat 44 kamar dan dapat menampung sekitar 100 orang.
"Itu untuk rencana dalam waktu dekat. Sementara itu, kami juga sedang mempersiapkan gedung sekolah baru yang terdekat dengan puskesmas untuk jadi ruang isolasi. Tetapi ini masih butuh waktu karena kami butuh tempat tidur. Karenaya kami berupaya meminjam tempat tidur lipat dari TNI/Polri. Ini sedang dikoordinasikan," terangnya.
Terdapat 10 gedung SD dan SMP yang dekat dengan enam puskesmas tersebut. Dari sejumlah sekolah tersebut setidaknya terdapat 70 ruang kelas yang bisa dimanfaatkan dengan kapasitas tiap kelas 10 tempat tidur. Artinya, bisa untuk menampung 700 orang.
Sekolah yang bisa digunakan antara lain SMPN 10 dan SDN Banjarejo (Puskesmas Banjarejo), SDN 01 Demangan dan SDN 03 Taman (Puskesmas Demangan), SMPN 5 dan SDN 01 Winongo (Puskesmas Manguharjo), SDN Ngegong dan SDN Sogaten (Puskesmas Patihan), SDN 01 dan 02 Tawangrejo (Puskesmas Tawangrejo), dan SDN Oro-Oro Ombo untuk wilayah Puskesmas Sukosari. Bangunan sekolah tersebut cukup representatif karena saat ini masih berlangsung sekolah daring.
Tak hanya itu, Pemkot Madiun juga mengambil kebijakan satu RT satu dapur umum. Itu dikhususkan untuk membantu masyarakat yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah.
Dapur umum tersebut akan memberdayakan PKL di RT setempat. Pemkot juga akan membantu menyediakan bahan makanan hingga ahli gizi. Di dapur umum tersebut juga disediakan vitamin dan masker gratis untuk masyarakat yang membutuhkan.
Upaya lain, Pemkot Madiun juga mendirikan tenda logistik di Rumah Dinas Wali Kota yang dapat diakses 24 jam. Di tenda logistik ini disediakan sebanyak 7 ton beras dan 400 paket sembako isoman.
Wali Kota Maidi memastikan tidak ada warga yang sulit mendapatkan bantuan pangan. Wali kota siap menjamin kebutuhan pangan masyarakat yang memerlukan. Masyarakat bisa menghubungi RT atau RW setempat untuk kemudian diteruskan ke kelurahan dan tim Satgas COVID-19 Kota Madiun.
Terakhir, Kota Madiun juga membuka rekrutmen sejumlah relawan untuk membantu tim pemakaman dengan protokol kesehatan dan perawatan pasien COVID-19. Setidaknya dibutuhkan 15 relawan pemakaman dan akan digaji sesuai UMR Kota Madiun, sekitar Rp1,8 juta. Begitu juga dengan relawan petugas kesehatan.
Wali Kota menyebut relawan dibutuhkan saat ini karena banyaknya pemakaman dan pasien COVID-19 yang butuh penanganan.
"Sudah kami tambah enam dokter dan 20 nakes. Tetapi kami tetap butuh. Makanya, yang mau jadi relawan segera mendaftar dan kerja," katanya.
Maidi menambahkan, hal yang tak kalah penting lainnya adalah warga Kota Madiun disiplin menerapkan protokol kesehatan dalam kegiatan sehari-hari dengan 5M, yakni memakai masker, menjaga jarak, rajin mencuci tangan, mengurangi mobilitas, dan menjauhi kerumunan.
"Dengan disiplin prokes 5M dan menjaga imunitas tubuh, Insya Allah kasus COVID-19 dapat ditekan," katanya. (*)
Advertorial
Kerja keras Pemkot Madiun tangani kasus COVID-19 di masa PPKM darurat
Senin, 19 Juli 2021 23:08 WIB