Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, Jawa Timur menormalisasi sejumlah sungai dan aliran air guna mengantisipasi potensi bencana banjir di wilayah rawan luapan setempat.
Plt Sekretaris DPUPR Kota Madiun Dwi Setyo Nugroho di Madiun, Senin, mengatakan normalisasi dengan pengerukan endapan tersebut merupakan bagian dari mitigasi menghadapi potensi cuaca ekstrem yang melanda dan menyebabkan bencana hidrometeorologi.
"Ada potensi siklon dan bencana hidrometeorologi. Karena itu beberapa sungai dan drainase harus segera dibersihkan dan proses pengerukan sedimen sungai dipercepat. Dengan begitu, penampang basah sungai bisa lebih lebar sehingga aliran air lebih lancar dan risiko luapan menurun," ujar Inug, sapaan akrab Dwi Setyo Nugroho.
Tahun ini, menurutnya, normalisasi dilakukan di beberapa titik aliran sungai. Salah satunya di aliran jalur Pilangbango menuju perbatasan Rejomulyo dengan jarak hampir 2 kilometer. Selain itu, pengerukan juga dikerjakan di saluran air di wilayah Banjarejo serta Manguharjo.
"Setiap kecamatan kami alokasikan dua paket pekerjaan. Nilainya sekitar Rp200 juta untuk proses pengerukan," katanya.
Menurutnya, lokasi normalisasi setiap tahun ditentukan berdasarkan analisis pola aliran sungai.
"Normalisasi memang rutin kami laksanakan. Prinsipnya dimulai dari bagian hilir. Tahun lalu dari Tawangrejo, lalu berlanjut ke Pilangbango untuk Kartoharjo. Di wilayah Banjarejo, Taman dimulai dari hilir Jalan Diponegoro hingga Selarangan, sedangkan Manguharjo dikerjakan dari Apotek Sugihwaras–Sogaten hingga wilayah Manguharjo," katanya.
Ia menambahkan, percepatan normalisasi juga menjadi arahan langsung dari wali kota dalam rapat koordinasi penanganan bencana.
Dalam arahan itu, pemda diminta bergerak cepat membersihkan drainase serta memantau timbunan sedimen di sungai, guna meminimalkan dampak bencana hidrometeorologi.
