Surabaya (ANTARA) - Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya meminta warga yang memiliki gejala mirip dengan COVID-19 yang datang tiba-tiba atau tanpa rujukan ke Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) tetap dilayani.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Jumat, mengatakan, bila ada masyarakat tiba–tiba datang ke RSLT karena merasa kondisinya menyerupai tanda-tanda COVID-19 dan kebetulan RSLT tersebut penuh, pihaknya minta pihak rumah sakit tetap memberikan layanan kesehatan.
"Selain layanan kesehatan juga diberi obat maupun vitamin agar saat dia pulang dari RSLT merasa tidak sia-sia," katanya.
Menurut dia, RSLT ini menampung 500 bed atau tempat tidur. Hanya saja, sementara saat ini yang masuk masih 300 bed. "Insya Allah nanti akan terus ditambah pemkot," kata Khusnul.
Politisi PDI Perjuangan ini berharap Mudah-mudahan langkah Pemkot Surabaya dengan membuka RS Lapangan Tembok itu mampu untuk mengendalikan rumah sakit di Surabaya yang saat ini kebanyakan kapasitasnya penuh.
Hal sama juga dikatakan anggota Komisi D lainnya Dyah Katarina. Ia mengatakan, RS Lapangan Tembak yang berada di Kedung Cowek cukup layak karena tempatnya cukup luas, sirkulasi udaranya bagus dan dapat akses sinar matahari.
"Apalagi ada rooftop-nya, bisa dimanfaatkan bagi pasien OTG (orang tanpa gejala) untuk berjemur sambil melihat selat Madura dan jembatan Suramadu. Ini akan menumbuhkan perasaan senang sehingga imun cepat naik," kata istri mantan Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono.
Namun, perempuan yang baru saja sembuh dari COVID-19 ini juga menilai berharap tidak ada sentimen dari warga terkait pembangunan RS Lapangan Tembak ini.
"Jangan sampai berpikiran terlanjur disiapkan ternyata COVID-nya turun. Ini kan mengantisipasi dan harus menyiapkan pelayanan kepada masyarakat. Jadi terpakai atau tidak tetap harus siap," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya Febria Rachmanita sebelumnya mengatakan,
pasien tidak bisa langsung datang ke RSLT menggunakan ambulans, melainkan harus melalui mekanisme rujukan dari puskesmas. Hal ini diterapkan untuk mempermudah petugas melakukan tracing atau pelacakan kontak erat.
"Supaya kami tidak tertinggal untuk tracing. Jadi yang membawa ke sini puskesmas. Kalau warga langsung datang pakai ambulans ke sini tidak bisa," katanya.
Selain itu, Febria menjelaskan, bahwa ada beberapa dokumen yang harus dilengkapi ketika pasien COVID-19 ingin menjalani perawatan di RSLT yakni, membawa KTP, KK serta hasil tes usap PCR positif baik dari puskesmas ataupun laboratorium lain.
"Tergantung dari mereka periksanya (tes usap PCR) di mana. Tapi tetap yang membawa ke sini (RSLT) dari puskesmas, karena semua agar terdata," kata Febria. (*)