Malang, Jawa Timur (ANTARA) - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Malang melalui ujung tombak Marketing Analisis, dan Mikro (Mantri) BRI berupaya untuk mendorong pengembangan usaha sapi perah yang digeluti masyarakat desa.
Salah seorang Mantri BRI dari Unit Wagir di Kabupaten Malang Mahendra Yuda Pratama mengatakan sebelum pinjaman bisa disalurkan kepada masyarakat desa, dirinya melakukan pendekatan terlebih dahulu untuk melihat potensi di masing-masing wilayah.
"Untuk yang pertama, pasti saya melihat dahulu potensi yang ada di desa tersebut," kata Mahendra, kepada ANTARA, di Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu.
Mahendra menjelaskan, salah satu kawasan pedesaan yang masih memiliki potensi besar untuk pengembangan usaha sapi perah adalah di Dusun Precet, Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang,
Di kawasan tersebut, telah berdiri sebuah pabrik pengolahan susu sapi berskala besar. Keberadaan pabrik di wilayah itu, pada akhirnya memberikan peluang bagi masyarakat desa untuk mengembangkan potensi ekonomi yang ada.
Menurut Mahendra, usai dilakukan analisa terhadap potensi dari masyarakat desa tersebut, baru kemudian BRI bisa menyalurkan pinjaman. Pinjaman yang disalurkan oleh BRI itu, dipergunakan masyarakat desa untuk mengembangkan usaha sapi perah yang ada.
"Para peternak yang merupakan warga desa, itu membutuhkan dana untuk pembelian sapi. Setelah kami telusuri, itu sangat menjanjikan," kata Mahendra.
Masyarakat desa yang dibina oleh Mahendra, tidak jarang meminta bantuan Mantri BRI ketika kesulitan dalam proses transaksi perbankan. Mahendra tidak segan untuk mendatangi rumah nasabah yang mengalami kesulitan tersebut meskipun jaraknya sangat jauh.
"Jika ada kendala, pasti akan menghubungi saya. Saya harus melayani nasabah dengan baik, termasuk jika saat ada kesulitan," kata Mahendra.
Salah seorang peternak sapi perah di Dusun Precet, Desa Sumbersuko, Rohim (45) mengatakan bahwa keberadaan Mantri BRI sangat membantu berkembangnya usaha sapi perah yang digelutinya sejak kurang lebih lima tahun lalu tersebut.
Rohim akhirnya memutuskan untuk menjadi peternak sapi perah, setelah beroperasinya satu pabrik besar pengolahan susu di wilayah itu. Pabrik tersebut, sempat memberikan penawaran pinjaman, namun saat itu tidak diterima.
"Saya usaha sudah lima tahun. Sebelumnya saya petani, sempat juga berjualan bakso, namun tidak berkembang. Awalnya pabrik menawarkan pinjaman untuk pembelian sapi, namun saya tidak ikut," kata Rohim.
Saat ini, Rohim memiliki 18 ekor sapi perah. Dari sebanyak 18 sapi perah tersebut, sementara ini baru 12 sapi yang mampu menghasilkan susu setiap harinya. Untuk sisanya, masih belum bisa memproduksi susu.
Sapi perah tersebut, menghasilkan susu pada pagi hari, dan sore hari. Proses pemerahan susu, dilakukan menggunakan mesin, agar lebih efisien. Sementara Rohim beserta istrinya Sutarwiyati (45), dan dua anaknya membersihkan sapi-sapi tersebut sebelum diperah.
Dari 12 ekor sapi yang saat ini sudah menghasilkan susu tersebut, dalam satu hari mampu menghasilkan antara 170-180 liter susu. Susu yang sudah diperah tersebut, dikumpulkan terlebih dahulu di fasilitas yang ada, sebelum disetorkan ke pabrik pengolahan.
Dari hasil itu, dalam waktu 15 hari, total susu sapi yang dihasilkan mencapai 2.683 liter. Dengan jumlah sebanyak itu, Rohim mampu mendapatkan penghasilan kurang lebih mencapai Rp14 juta dalam 15 hari. Dalam satu bulan, keluarga itu bisa mendapat pemasukan mencapai Rp28 juta.
"Tidak mudah untuk mengurus sapi. Saat orang masih banyak yang tidur, kami sudah bangun, kemudian ke kandang. Alhamdulillah, ini bisa berkembang," kata Rohim.
Rohim menambahkan, dari pendapatan sebesar Rp28 juta per bulan tersebut, itu merupakan pendapatan kotor, karena masih harus dikurangi biaya lain-lain untuk mengurus sapi-sapi tersebut.
Pengeluaran tersebut, termasuk pembayaran angsuran kepada BRI. Belum lama ini, Rohim kembali mendapatkan tambahan pasokan modal sebesar Rp170 juta untuk mengembangkan usaha sapi perahnya tersebut.
"Untuk perkiraan pendapatan bersih, sekitar Rp8 juta dalam 15 hari," ujar Rohim.
Namun, pendapatan yang cukup besar tersebut, tidak diraih Rohim dalam waktu yang singkat. Kurang lebih lima tahun lalu, Rohim memiliki dua ekor anak sapi, yang kemudian ditukar dengan satu sapi perah, dengan mengajukan tambahan pendanaan dari BRI.
"Dari awal memang saya nasabah BRI. Pertama kali saya pinjam Rp20 juta, kemudian Rp50 juta, Rp100 juta, Rp150 juta, dan saat ini baru saja meminjam Rp170 juta," kata Rohim.
Dengan adanya pinjaman dari BRI tersebut, pada akhirnya usaha sapi perah Rohim saat ini sangat berkembang. Bahkan, dari hasil usaha sapi perah tersebut, Ia juga memiliki usaha lain berupa persewaan kendaraan All Terrain Vehicle (ATV).
"Ini semuanya berawal dari usaha sapi perah, yang didukung BRI. Kemudian kami bisa merintis usaha lain," kata Rohim. (*)