Surabaya (ANTARA) - Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menggandeng institusi asing dari sejumlah negara untuk menggelar kegiatan "Joint Studio 2021".
"Joint Studio merupakan kegiatan kolaborasi empat negara membahas kebijakan pemerintah lokal," kata Dosen Prodi Arsitektur Untag Surabaya, Retno Hastijanti di Surabaya, Selasa.
Selain Untag Surabaya sebagai perwakilan Indonesia, kegiatan ini juga diikuti Queensland University of Technology Australia, Lodz University of Technology, Polandia dan Universidad de los Andes, Kolombia.
Wanita yang akrab disapa Hasti itu menuturkan untuk bisa berkolaborasi dalam kegiatan ini, Untag Surabaya harus menunjukkan bahwa Prodi Arsitektur kompeten dan mahasiswanya good surveyor.
Padahal mahasiswa yang dilibatkan masih semester lima sehingga pengetahuannya belum advanced, sedangkan di QUT mahasiswanya sudah tugas akhir.
"Jadi mahasiswa secara mandiri mencari tambahan sumber data. Dengan demikian, mahasiswa bisa berdiskusi dengan mahasiswa negara lain," katanyam
Hasti menyebutkan joint studio telah berjalan tiga semester. Pada semester pertama dilakukan di Jombang, kemudian semester dua dan tiga dilakukan di Surabaya.
"Cita-cita kami, laboratorium perumahan dan pemukiman dan perencanaan perancangan Kota milik Untag dapat membuat Surabaya menjadi lahan penelitian (living lab) supaya kami bisa jadi penghubung bagi universitas lain untuk mempelajari Surabaya dan antaruniversitas guna untuk bisa berjejaring secara akademis," ujarnya.
Berkat keaktifan dalam joint studio ini, Prodi Arsitektur Untag Surabaya rutin menjadi tuan rumah kegiatan internasional dan aktif berjejaring dengan instansi dalam dan luar negeri.
Pada Joint Studio 2021, Hasti tampil sebagai salah satu pembicara dan memaparkan terkait Kecamatan Ngagel, Surabaya. Sebelumnya, Hasti melakukan analisa urban guna mengumpulkan data.
"Kami eksplor lebih dalam karena komplit tantangannya. Di pinggir sungai, ada rel kereta, daerah bersejarah. Ngagel punya percikan sejarah, jadi mahasiswa bisa brainstorming. Ada kampung, ada modern, di situ ada mixuse. Menggambarkan pluralitas Kota Surabaya," ucapnya.
Melalui analisa tersebut, dirinya merekomendasikan daerah Ngagel dengan tidak meninggalkan akar budaya.
Joint Studio dilangsungkan secara daring ini melakukan komposisi dua session, dikarenakan perbedaan waktu yang cukup signifikan dari para negara peserta.(*)