Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri RI Sugiono menegaskan pentingnya revitalisasi ASEAN Regional Forum (ARF) agar tetap relevan dalam menghadapi situasi keamanan global yang semakin kompleks dan tidak menentu.
"Revitalisasi ARF bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan strategis. Kita harus pastikan forum ini lebih responsif, dan mampu bertindak kolektif dalam menghadapi ancaman kompleks," kata dia dalam keterangan pers Kementerian Luar Negeri pada Senin (14/7).
Sugiono menegaskan bahwa dialog semata tidaklah cukup dan ARF perlu menjalankan mandat awalnya untuk mendorong diplomasi pencegahan (preventive diplomacy).
"Ketidakstabilan di Timur Tengah dan serangan terhadap fasilitas nuklir di Iran menjadi pengingat bahwa krisis kawasan dapat membawa dampak global," kata dia.
Selain ketegangan militer, kata Sugiono, tantangan lain juga datang dari kerentanan ekonomi, degradasi lingkungan, dan ancaman siber.
Untuk itu, ARF harus berevolusi menjadi forum yang mampu merespon tantangan secara konkret, kata dia.
Pada Pertemuan Tingkat Menteri ARF ke-32 di Kuala Lumpur, Malaysia, akhir pekan lalu, Sugiono menegaskan komitmen Indonesia untuk mendorong penguatan kapasitas kelembagaan ARF dan peningkatan kerja sama praktis, seperti latihan bersama, pembangunan kapasitas, dan penguatan mekanisme peringatan dini.
Dia menekankan bahwa di masa depan, ARF perlu mengadopsi pendekatan keamanan komprehensif yang mencakup dimensi politik, ekonomi, lingkungan, digital, dan kemanusiaan.
Revitalisasi ARF menjadi prioritas Malaysia sebagai Ketua ASEAN tahun ini untuk mengupayakan agar ARF tetap relevan dan efektif dalam merespons perkembangan geopolitik di kawasan dan dunia.
Pertemuan ARF di Malaysia itu menghasilkan tiga dokumen: 32nd ARF Chairman's Statement, Compendium of Best Practices on the Implementation of the International Ship and Port Facility Security Code, dan Concept Note for the Compendium of Best Practices on Safeguarding and Enhancing Regional Cooperation on Ferry Safety Among ARF Participants.